JAKARTA, Mediaperkebunan.id – Direktorat Jenderal Perkebunan (Ditjenbun), Kementerian Pertanian (Kementan), mendorong dan memperkuat komoditas perkebunan, serta mengemas produk turunannya. Hal ini agar produk perkebunan bernilai tambah dan berdaya saing.
Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Ditjenbun, Kementan, Prayudi mengatakan, dalam upaya pencapaian target ekspor tiga kali lipat (Gratieks), salah satu strateginya adalah kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan dapat berjalan secara optimal dan tercapai sesuai target.
“Karena itu, kami akan terus berupaya memperkuat pengolahan hasil perkebunan dari hulu hingga hilir. Hal ini agar produk perkebunan memiliki daya saing di pasar global,” ujar Prayudi beberapa waktu lalu.
Sejalan arahan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) yang terus mendorong petani agar gali potensi dan tingkatkan nilai tambah maupun daya saing komoditas perkebunan. Potensi produk turunan komoditas perkebunan sangatlah besar jadi harus terus dikembangkan.
Lebih lanjut Prayudi mengatakan, pihaknya juga akan terus berupaya mengawal dari sisi ekspor agar tetap konsisten memberikan kontribusi terhadap sumber devisa ekspor nasional, terutama mengawal ekspor dari sektor nonmigas yang menjadi target besar dari Kementan melalui komoditas unggulan perkebunan.
Komoditas unggulan perkebunan tersebut, seperti kelapa sawit, karet, kelapa, kopi, kakao, teh, dan rempah-rempah. Pengiriman komoditasi ini tetap difokuskan untuk pencapaian target nilai ekspor hingga Rp 1.200 triliun pada 2024.
Devisa negara dari ekspor perkebunan mencapai Rp 400-Rp 500 triliun per tahun. Sedangkan nilai ekspor komoditas perkebunan pada 2022 mencapai Rp 600,5 triliun. Dengan hasil tersebut, komoditas perkebunan berkontribusi sebesar 88,11 persen dari total nilai ekspor komoditas pertanian sebesar Rp 681,5 triliun atau meningkat hampir Rp 22 triliun dibandingkan 2021. (*)