Berbagai upaya terus dilakukan oleh Kementerian Pertanian untuk mendongkrak produksi padi, jagung, dan kedelai (pajale). Satu diantaranya yaitu melalui peremajaan atau tanaman belum menghasilkan (tbm) ditanami oleh tanaman pajale.
Tidaklah salah jika kebutuhan pangan di Indonesia setiap tahunnya terus mengalami peningkatan. Hal ini karena pertumbuhan populasi manusia terus bertambah. Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistis (BPS) bahwa penduduk Indoneia telah mencapai 195 juta jiwa, angka ini bertambah menjadi 206 juta jiwa ditahun 2000. Bahkan ditahun 2010 kembali meningkat menjadi 237 juta jiwa dan ditahun 2015 menjadi 250 juta jiwa.
Melihat angka tersebut maka tidaklah heran jika kebutuhan pangan terus meningkat. Artinya dengan meningkatnya kebutuhan pangan maka diperlukan gerakan untuk mendongkrak produksi pangan tersebut. Satu diantaranya yaitu dengan melakukan integrasi antara tanaman perkebunan dengan taaman pangan.
“Melalui kegitatan tersebut maka diharapkan akan terjadi peningkatan produksi pangan,” harap Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman saat melakukan penanaman jagung pada lahan karet di desa Pulau Harapan, Kecamatan Sembawa, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan.
Penanaman jagung dilahan karet ini, menurut Amran merupakan tindak lanjut dari pencanangan integrasi sawit – jagung satu juta hektar di Kabupaten Pasaman Barat, Provinsi Sumatera Barat. Meskipun pencanangannya integrasi sawit – jagung, namun sebetulnya bisa diperluas untuk tanaman perkebunan tahunan lainnya yang jarak tanamnya memungkinkan untuk integrasi dengan jagung, misalnya, karet, dan kelapa.
“Pasalnya selama tanaman tahunan tersebut belum menghasilkan, dan tajuknya belum saling bersentuhan, maka ada peluang dilakukan penanaman sela di antara tanaman tahunan,” saran Amran.
Adapun keuntungan integrasi tersebut, Amran menjabarkan yaitu memanfaatkan lahan kosong diantara tanaman tahunan. Memberikan tambahan pendapatan sementara tanaman tahunan belum menghasilkan. Petani lebih intensif dalam memelihara tanaman tahunan dan tanaman selanya. Terakhir yaitu melalui program ini maka ikut mendukung swasembada pangan
Adapun untuk tanaman integrasi antara karet – jagung ini dilakukan seluas 4.000 ha di Sumatera Selatan. Provinsi ini sangat baik untuk dilakukan program integrasi karet – jagung karena mengingat sebagai penghasil karet terbesar di Indonesia. Sehingga program ini menjadi peluang bagaimana meningkatkan pendapatan petani karet yang kini sedang kurang beruntung karena harganya masih belum membaik.
“Saya menyadari selama beberapa tahun terakhir ini harga karet dunia cenderung menurun, sehingga berimbas kepada harga yang diterima petani karet di Indonesia. Namun Pemerintah tetap terus berupaya meningkatkan harga karet,” ungkap Amran. Berita selengkapnya ada di edisi 152-Juli 2016