Terus bertambahnya populasi manusia maka semakin bertambah akan kebutuhan pangan. Atas dasar itulah komoditas perkebunan berkomitmen untuk menyumbang produksi pangan nasional melalui program tumpang sari.
“Jadi kita diberikan amanat untuk membantu peningkatan produksi pangan di lahan perkebunan seluas 1 juta hektar,” jelas Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar DItjen Perkebunan Kementerian Pertanian, Dr. Ir. Ali Jamil, MP kepada perkebunannews.com, (10/1/2016).
Lebih lanjut, menurut Ali, dari 1 juta hektar tersebut, rencananya tanaman pangan seperti padi dan jagung akan ditanam di lahan perkebunan yang belum menghasilkan atau tanaman belum menghasilkan (TBM).
Selain itu tanaman pangan juga berpotensi ditanam dilahan perkebunan yang saat ini sedang melakukan replanting. Melalui hal tersebut maka diharapkan selain bisa mendongkrak produksi pangan juga bisa menambah pendapatan petani atau pekebun.
“Jadi melalui tumpang sari kebun – pangan maka diharapkan selain bisa mengawal ketahanan pangan juga bisa meningkatkan penadapatan petani.
Sebab seperti diketahui, Amil menerangkan, tanaman perkebunan adalah tanaman tahunan yang rata-rata baru berbuah minimal 3 tahun setelah ditanam. Maka selagi menunggu tanaman perkebunan berbuah pekebun ataupun petani tetap bisa mendapatkan keuntungan atau hasil dari tanaman pangan.
Hal ini karena tanaman jagung ataupun padi dalam waktu 4 bulan sudah bisa menghasilkan. Artinya dalam setahun tanaman pangan bisa 3 kali panen. “Dengaan begitu maka sambil menunggu tanaman perkebunan menghasilkan petani ataupun pekebun tetap bisa mendapatkan uang dari tanaman pangan,” harap Amil yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.
Adapun polanya, Amil menjelaskan yaitu pada tanaman replanting atau tanaman belum menghasilkan (TBM) di sela-selanya ditanami dengan tanaman jagung. Artinya dalam 1 hektar lahan perkebunan yang akan direplanting atau TBM bisa 60 persennya ditanami jagung atau diantara tanaman perkebunan.
“Melalui pola itu maka petani perkebunan sambil menunggu hasil perkebunannya bisa mendapatkan keuntungan dari penjualan hasil jagungnya,” harap Amil pria kelahiran Siabu, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara.
Melihat pentingnya gerakan tersebut, Amil akan bekerjasama tidak hanya dengan petani mandiri tapi juga dengan perusahaan besar swasta (PBS) dan perusahaan besar negara (PBN). Melalui kerjasama tersebut maka angka 1 juta hektar untuk mendorong produksi padi – jagung nasional tidaklah sulit.
Saat ini pihaknya sudah berkoordinasi dengan pihak PTPN dan perusahaan milik swasta. Bahkan mereka mengaku siap untuk membantu. “Jadi kami minta kepada perusahaan baik itu swasta maupun PTPN untuk menanam jagung sebagai tanaman sela di lahan perkebunan mereka yang baru diremajakan,” pungkas Amil. YIN