2024, 19 November
Share berita:

Jakarta, mediaperkebunan.id – Perkebunan sawit rakyat berperan sukseskan program mamdatori biodisel B50. Peningkatan produksi bisa di lakukan tanpa perluasan lahan (ekstensifikasi), tetapi melalui intensifikasi.

Produktivitas perkebunan sawit nasional saat ini rata-rata sekitar 3 ton CPO per hektar. Rata-rata produksi ini dapat di lihat dari luasnya lahan sawit nasional yang mencapai 16,2 juta hektare (ha), namun produksi tahunan di kisaran 48-50 juta ton.

“Artinya, kalau di bagi rata dengan luasan lahan, produktivitas sawit nasional masih tergolong rendah,” kata Direktur PTPN Holding (Persero), Dwi Sutoro, di Jakarta, Senin (18/11/2024).

Dwi Sutoro menyampaikan pendapatnya tersebut di sela-sela seminar “Menggapai Kedaulatan Pangan, Energi, dan Ekonomi Melalui Perkebunan Sawit untuk Menuju Indonesia Emas 2045” yang di selenggarakan oleh Rumah Sawit Indonesia (RSI). Seminar ini merupakan agenda pembuka Kongres RSI yang pertama.

Menurut Dwi Sutoro, tidak semua kebun kelapa sawit produktivitasnya rendah. Best practice-nya sudah bisa enam ton per hektare. Beberapa perkebunan kelapa sawit mampu menghasilkan 6 ton/ha.

Salah satunya, kata Dwi Sutoro, beberapa kebun yang di kelola oleh PTPN. Namun, jika di hitung secara merata, produktivitas sawit yang baik paling tidak bisa menghasilkan 5 ton/ha. “Produktivitas sawit nasional yang rendah tidak lepas dari luasnya lahan sawit milik petani yang mencapai 6 juta hektare atau 42 persen dari total luas lahan sawit nasional,” ujar Dwi Sutoro.

Jika produktivitas lahan petani ini bisa di tingkatkan menjadi 5 ton/ha, produksi sawit nasional akan mencapai 80 juta ton. “Insya Allah cukup untuk memenuhi program B50,” kata alumnus ITB dan Monash University Australia ini.

Dengan vitalnya posisi petani, PTPN mulai tahun ini berfokus membantu pemerintah dalam meningkatkan produktivitas lahan melalui peremajaan (replanting). Peremajaan di lakukan pada lahan-lahan plasma yang berhubungan dengan PTPN. “PTPN punya target replanting 40 ribu hektere tahun depan,” kata Dwi Sutoro.

Baca Juga:  Kelapa Sawit Itu Harus Berdaya Saing

Dwi Sutoro mengatakan, partisipasi perusahaan swasta dalam replanting menjadi sangat penting. Karena itu, dia berharap RSI (Rumah Sawit Indonesia) dapat mendorong anggota untuk mengambil peran ini.

“Ini Pak Kacuk Sumarto (Ketua Umum RSI) dan RSI juga akan melakukan peremajaan pada lahan-lahan anggotanya,” sebut Dwi Sutoro.

Peremajaan sawit yang ideal, kata Dwi, biasanya di lakukan seluas 4 persen per tahun dari luas lahan. “Kalau ada lahan 100.000 hektare, berarti ada 4.000 hektare lahan yang harus di remajakan setiap tahun,” jelasnya.

Perhitungan ini sesuai best practice sawit di potong di usia setelah 25 tahun, dan sawit yang baru ditanam mulai berbuah pada usia 4-5 tahun.