Di tengah isu kebutuhan pangan dan energi, apalagi sumber energi fosil yang sudah hampir habis, perkebunan sekarangan menjadi fokus perhatian dunia. Setelah Timur Tengah menjadi incaran setiap orang di dunia, maka giliran Indonesia akan menjadi incaran berikutnya bagi dunia.
Hal tersebut dikatakan Direktur Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian, Bambang, dalam Rapat Koordinasi dan Konsultasi Pembangunan Perkebunan di Sulawesi Tenggara, Rabu (3/5). Menurutnya, pada saat dunia mengandalkan energi fosil yang kini sudah hampir habis, maka Indonesia menjadi incaran bagi dunia. Karena Indonesia sebagai salah satu penghasil pangan dan energi yang efisien di dunia.
“Oleh karena itu kita harus sadar semua bahwa Indonesia sedang menjadi incaran berikutnya bagi dunia. Karena bila dibandingkan dengan produk komoditi yang lainnya, seperti kedelai, bunga matahari, untuk menghasilkan energi, kelapa sawit jauh lebih efisien dibandingkan komoditas yang dikembangkan negara-negara lain,” jelas Bambang.
Di sisi lain, lanjut Bambang, saat ini perkebunan dalam ancaman. Artinya banyak pihak menghendaki perkebunan ini tidak maju. Tidak iklas jika perkebunan ini bangkit untuk kesejahteraan kita.
Menurut Bambang, perkebunan sedang dalam ancaman dari berbagai pihak. Karena tanpa kita sadari ekspektasi publik terhadap perkebunan itu melemah. Contohnya pada saat perampingan organisasi pemerintah daerah, seperti meleburkan dinas perkebunan ke dalam dinas pertanian. “Alhamdulillah Gubernur Sulawesi Tenggara tetap mempertahankan perkebunan dan hortikultura menjadi salah satu organisasi pemerintah daerah (OPD) tersendiri,” ujarnya.
Di sisi lain, sebagian masyarakat tidak paham bahwa kita dalam ancaman. “Oleh karena itu rapat koordinasi ini yang penting adalah membangun komitmen, kesadaran bersama secara nasional bahwa perkebunan itu adalah tulang punggung ekonomi nasional,” ungkap Bambang.
Dalam kesempatan itu Dirjen Perkebunan mengajak agar para insan perkebunan untuk bersatu padu memperkuat barisan perkebunan untuk menjadikan perkebunan sebagai fondamental ekenomi negara. Karena ditengah anggaran negara untuk sektor perkebunan yang kecil masih memberikan kontribusi besar terhadap PDB nasional yakni Rp 400 triliun.
Rakor dan Kunsultasi dihadiri Gubernur Sultra Nur Alam beserta para bupati di seluruh Sultra dan juga ketua DPRD dan para anggotanya. Rakor juga dihadiri para pengusaha, petani, mahasiswa dan kalangan terkait. Tujuan utama rakor adalah membangun komitmen. (YR)