Jakarta, mediaperkebunan.id – Suka harus diakui bahwa sektor pangan tidak terpengaruh oleh datangnya Covid-19. Bahkan kebutuhan pangan relatif justru meningkat terutama rempah-rempah dan kopi. Hal ini terlihat dari tingginya permintaan rempah-rempah untuk mencegah terjangkitnya Covid-19. Sedang tingginya permintaan kopi baik di dalam negeri terlihat dari tumbuhnya pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang mensajikan minuman kopi yang berasal dari biji kopi yang tersebar di wilayah nusantara, seperti Toraja, Mandailing, Java Preanger, Kintamani, Wamena dan lainnya.
Bahkan Badan Pusat Statistik (BPS) pun merilis bahwa penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian yang mengalami pertumbuhan positif, dimana distribusi penduduk yang bekerja mencapai 29,96 persen atau sekitar 1,86 juta orang pertahun (YonY). Sementara tingkat pengangguran tahun 2022 mengalami penurunan yang cukup signifikan.
“Pada Februari 2021 angkanya masih 6,26 persen dan sekarang turun menjadi 5,83 persen,” ujar Margo.
Disisi lain, Margo mengatakan Nilai Tukar Petani (NTP) yang dihitung berdasarkan tahunan (YonY) juga mengalami kenaikan, dimana NTP pada April 2022 mencapai 108,46 atau lebih tinggi jika dibandingkan nilai NTP April 2021 yang hanya 102,93.
Selain NTP, Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) pada April 2022 mengalami kenaikan cukup tinggi jika dibandingkan kondisi NTUP April 2021, dimana angkanya hanya 103,55. Sedangkan NTUP tahun ini mencapai 108,64. Meski demikian, baik NTP maupun NTUP yang dihitung secara bulanan mengalami penurunan.
Menurut Margo, penurunan terjadi karena indek harga yang diterima petani nilainya lebih rendah jika dibandingkan dengan indek yang harus dibayarkan petani.
“Indek harga yang diterima petani kenaikannya hanya meningkat 0,06 persen sementara indek yang dibayar petani 0,83 persen,” kata Margo.
Sebelumya, BPS juga mencatat ekspor Indonesia selama tahun 2021 mencapai US$231,54 miliar, meningkat 41,88 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Ekspor non migas menyumbang 94,7 persen dari total ekspor tahun 2021 yang mencapai US$231,54 miliar. Sektor pertanian disebut berkontribusi sebesar 1,83 persen.
Share ekspor nonmigas terbesar pada tahun 2021 disumbang oleh dua komoditas, yaitu bahan bakar mineral serta lemak dan minyak hewan/nabati.
“Nilai ekspor bahan bakar mineral mencapai US$32,84 miliar. Sementara lemak dan minyak hewan/nabati memiliki nilai ekspor sebanyak US$32,83 miliar,” sebut Margo.
Lebih lanjut, dalam catatan tersebut perkebunan merupakan penyumbang utama devisa sektor pertanian. Bahkan tahun 2020 ekspor pertanian yang mencapai Rp451,8 triliun, penyumbang terbesar adalah subsektor perkebunan yaitu 94 persen.
Melihat tingginya ekspor tersebut, Plt Dirjen Perkebunan, Kementerian Pertanian (Kementan) Ali Jamil pernah mengungkapkan, “sebagai orang perkebunan kita bangga dengan capaian ini. Tidak ada yang tidak bangga dengan ekspor perkebunan. Tetapi disisi lain harus berpikir keras lagi. Setelah sawit apa lagi yang harus didorong supaya bisa sehebat (kelapa) sawit. Apakah karet, kakao, kopi, kelapa atau yang lainnya.”
Atas dasar itulah, Ali minta semua stake holder menyusun road map pengembangan komoditas perkebunan sehingga bisa menyamai kelapa sawit. Hal ini tidak bisa diserahkan begitu saja pada Kementan, perlu pemikiran dan masukan serta aksi dari komponen masyarakat lain
Ditempat terpisah, Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Kuntoro Boga Andri menjelaskan bahwa penurunan NTP dan NTUP dibeberapa sektor disebabkan peningkatan harga kebutuhan petani dan rumah tangga seperti minyak goreng dan bahan bakar, serta peningkatan biaya produksi pada beberapa komoditas, namun penerimaan petani tetap baik karena permintaan tinggi untuk komoditas pangan dan pertanian terutama saat puasa dan hari raya lebaran 2022.
Kuntoro menyampaikan terimakasih atas kerja keras petani, peternak dan semua pihak dalam mendorong sektor pertanian yang jauh lebih kuat dan mandiri. Karena itu, Kuntoro mengajak masyarakat untuk menjaga momemtum ini agar pertanian dan kesejahteraan petani tetap tumbuh secara baik.
“Apalagi saat ini kita sedang menghadapi panen raya di seluruh daerah. Momemtum ini harus kita jaga bersama agar tidak terjadi penurunan harga hasil panen” kata Kutoro.