2024, 4 Oktober
Share berita:

Badung, Mediaperkebunan.id – Peningkatan mandatory biodiesel menjadi B50 dan seterusnya akan mengurangi volume ekspor jika tidak ada peningkatan produktivitas atau perluasan. Keberlanjutan program biodiesel ada potensi terkendala pembiayaan. Jummy BM Sinaga, Wakil Ketua Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia menyatakan hal ini pada Pekan Riset Sawit 2024.

Program B35 menyerap biofuel 10,8 juta MT atau 19%, dari komsumsi global biofuel. Produksi minyak biodiesel dan HVO global tahun 2023 mencapai 58,03 juta ton, naik 5,49 juta ton atau 10,4% dari tahun 2022. Harga biodiesel berbasis minyak sawit sangat jauh lebih rendah di banding minyak nabati lainnya (soya bean lebih mahal 30-40% dari palm oil). Harga biodiesel berbasis palm oil global sangat kompetitif.

Pencapaian B35 tahun 2023 penyerapan volume 12,22 juta KL, penghematan devisa USD7,92 miliarn, nilai tambah dari CPO Rp15,85 triliun, penyerapan tenaga kerja di hulu dan industri 1,54 juta tenaga kerja, pengurangan emisi GRK 32,6 juta ton CO2e.

Tantangan dalam industri biodiesel adalah mempertahankan kualitas setiap lini rantai pasok, dan peningkatan mutu setiap kenaikan campuran biodiesel solar, terkhusus kandungan air, monogliserida dan kestabilan oksidasi.

Perubahan kualitas biodiesel dari 7 parameter menjadi 23. Hal ini menjadi tantangan untuk industri yang telah lama untuk diupgrading teknologinya sedang industri baru bisa langsung penuhi.

Biodiesel adalah minyak yang sangat rentan penurunan kualitas jika penangangan tidak tepat sehingga perlu sosialisasi pedoman penanganan kepada semua pemangku kepentingan. Mekanisme harga sudah di atur, industri menerima harga sesuai HIP biodiesel, pembeli membayar harga HIP solar dan selisih di bayar BPDPKS. Perbedaan harga biodiesel dan solar yang sangat signifikan menjadi tantangan tersendiri. Peningkatan mutu juga membuat harga biodiesel meningkat.

Baca Juga:  TIDAK ADA PERUSAHAAN SAWIT DI KALTENG YANG TUTUP

Riset yang di biayai BPDPKS terkait bioenergi adalah “”Inovasi Katalis dalam Mendukung Industri Bensin Sawit” oleh CB Rasendra dari ITB. Riset ini akan menghasilkan unit percontohan yang memiliki kemampuan untuk mengolah TBS yang berasal dari kebun sawit rakyat menjadi produk yang memiliki nilai tambah ekonomi berupa CPO Premium (CPO yang memenuhi SNI IVO 8875:2020 tentang Minyak Nabati untuk Produksi Biohidrokarbon serta bebas dari kontaminan merupakan pencetus terciptanya 3MCPD) dan minyak makan sehat.

Produksi biodiesel dari FPAD dengan Teknologi Fine Buble oleh Dyah Wulandari dari IPB pada tahun pertama telah di hasilkan gambar desain nozzle fine bubble. Dalam menentukan performansi bubble metanol di dalam PFAD, maka di lakukan simulasi menggunakan CFD. Uji coba karakteristik PFAD telah di akukan dan menghasilkan kadar air 0.08%, kadar FFA 83.61%, kadar kotoran 0.26%. Berdasarkan uji coba produksi biodiesel menggunakan bahan baku PFAD, di peroleh hasil biodiesel non-katalitik lebih jernih di bandingkan dengan metode katalitik.

Uji B40 untuk mesin diesel pada sektor non otomotid, Cahyo Setyo Wibowo, Lemigas. Sektor yang menjadi fokus pada uji penggunaan B40 ini adalah sektor non otomotif meliputi :

1. Sektor alat mesin pertanian (alsintan)

a. Merit rating komponen mesin diesel penggerak traktor dan pompa air; b. Uji kinerja terbatas pada engine test bench; c. Uji performance dan uji lapang traktor roda dua dan traktor roda empat; d. Uji cold startability mesin diesel penggerak traktor.

2. Sektor alat berat pertambangan

a. Uji kinerja terbatas; b. Uji stabilitas penyimpanan bahan bakar; c. Uji kompatibilitas material; d. Uji filter clogging test rig.

3. Sektor angkutan laut

a. Filter clogging test rig.

Baca Juga:  Program Rempah Mengembalikan Gairah Petani Lada

4. Sektor kereta api

a. Uji kinerja terbatas secara statis dan uji ketahanan mesin genset secara dinamis dengan rute Jakarta-Yogyakarta; b. Pengujian pada lokomotif pada rangkaian kereta api barang dengan rute Jakarta-Surabaya.

5. Sektor pembangkit

a. Uji kinerja terbatas; b. Uji startability genset gedung.