Badung, Mediaperkebunan.id – Dirjen Industri Agro, Kemenperin, Putu Juli Ardika melihat hasil-hasil riset sawit yang di tampilkan pada Pekan Riset Sawit 2024 (PERISAI) sudah luar biasa dan bisa menjadi game changer industri sawit Indonesia. “Komersialisasi yang masih perlu di dorong supaya hasil penelitian bisa langsung di gunakan,” katanya.
Tahun lalu pada Perisai ke 7 di Surabaya, Putu membawa hasil riset yaitu tomat yang di coating berbasis sawit. Di simpan di kantor ternyata 1,5 bulan tomatnya masih bagus. Tetapi karena terlalu sering di pegang akhirnya terkena jamur juga.
“Saya tanya Direktur saya dimana saya bisa beli coating buah berbasis sawit hasil penelitian itu. Ternyata belum tersedia di pasar. Kita komunikasikan dengan penelitinya untuk membisnis matchingkan dengan investor ternyata prosesnya tidak mudah. Demikian juga malam batik sawit sampai sekarang mencari di pasar belum ada.,” kata Putu lagi.
Setelah penelitian jadi, salah satu tugas Kemenperin adalah mengkomersialkannya. Putu minta nanti ketika peneliti menyampaikan rencana penelitiannya panggil juga industri penggunanya, mencari apa yang bisa di kerjasamakan sehingga ketika jadi langsung bisa di komersialisaikan. Masih banyak hal yang harus di lakukan.
Industri sawit bisa di jadikan contoh model pengembangan hilirisasi. Sepuluh tahun yang lalu baru ada 50 produk turunan sawit sekarang sudah di bawah 200 , masih kalah dari Malaysia yang lebih dari 200.
Teknologi lain yang di dukung oleh Kemenperin adalah PKS tanpa uap atau Steamless Palm Oil Technology (SPOT). Teknologi ini terbukti dan model bisnisnya sudah bisa berjalan sehingga mendapat dukungan. Masih perlu kerja keras lagi untuk meyakinkan pengusaha sawit menggunakan teknologi ini.
“Pabrik SPOT yang sudah berdiri di Jambi menunjukkan mampu menekan emisi karbon sampai 75%, logistik turun, pabrik tidak perlu di bangun dekat sungai. Dari awal mesocarp sudah di pisahkan dari kernel sehingga bisa di press kuat sekali menghasilkan OER lebih tinggi. Bungkilnya mengandung 35% prolipid sehingga bisa menjadi pakan ternak,” kata Putu.
Kemenperin punya Indonesia Manufaktur Center, Balai Besar dan Balai Jasa Strandarisasi , Pelayanan Jasa Industri yang salah satu fungsinya memberika pelayanan nurturing hasil riset menuju skala komersial termasuk business matching dengan calon investor dengan dukungan pendampingan oleh ahli.
Hasil penelitian sawit yang sudah komersial sebagian besar di hasilkan perusahaan-perusahaan di luar negeri. Perlu di upayakan supaya pusat riset perusahaan ini di pindahkan ke Indonesia. Indonesia sebagai produsen sawit terbesar di dunia harus paling unggul juga dari sisi teknologi sawit. Perbaiki sistim riset sehingga bisa di manfaatkan semaksimal mungkin.
Perisai 2024 adalah sarana business matching dalam rangka mendukung program kelapa sawit berkelanjutan berbasis riset dan inovasi. Acara ini penting sebab riset dan inovasi yang di komersialkan akan merubah wujud industri kelapa sawit masa depan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan.