Jakarta, mediaperkebunan.id – Bagi pemerintah dan bangsa Indonesia, tanaman lada tidak hanya sekadar menjadi komoditas perdagangan saja, melainkan telah menjadi warisan sejarah dan budaya global itu sendiri!
Hal itu diungkapkan oleh Direktur Jenderal (Dirjen) Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan (Kemendag), Djatmiko Bris Witjaksono, saat berbicara dalam acara peringatan Hari Lada Internasional 2025.
Kegiatan yang melibatkan pengusaha industri lada dari negara lain, termasuk Malaysia, itu diselenggarakan oleh International Pepper Community (IPC) di Hotel Pullman, Jakarta, beberapa waktu yang lalu.
“Peringatan Hari Lada Internasional adalah bentuk penghargaan dunia terhadap peran penting lada. Bukan hanya sebagai komoditas perdagangan, lada juga bagian dari warisan sejarah dan budaya global,” kata Djatmiko Bris Witjaksono.
“Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk terus memperkuat ketahanan dan daya saing industri lada nasional di tengah tantangan global,” tutur Djatmiko lebih lanjut.
Djatmiko Bris Witjaksono, seperti dikutip Mediaperkebunan.id dari laman resmi Kemendag, Kamis (1/5/1025), dalam kesempatan itu menyampaikan komitmen Pemerintah Indonesia dalam mendorong perkembangan industri lada nasional.
Menurutnya, komitmen pemerintah sangat jelas, yaitu terus memperkuat ketahanan dan daya saing industri lada nasional di tengah tantangan global.
Djatmiko menambahkan, tantangan nyata yang dihadapi lada, antara lain, ketegangan perdagangan global, dinamika geoekonomi, isu keberlanjutan, serta peningkatan ekspektasi dari dunia usaha dan konsumen.
Oleh karena itu, ujar Djatmiko, para pelaku industri lada global perlu memperkuat dialog, menjaga kepercayaan pasar, dan meningkatkan koordinasi kebijakan.
“Kolaborasi erat antara pemerintah, organisasi internasional, dan komunitas bisnis menjadi kunci dalam menghadapi tensi perdagangan global saat ini,” ungkap Djatmiko.
Menurut Djatmiko Bris Witjaksono, posisi IPC menjadi kian strategis dalam perdagangan lada di pasar global. Karena itu dia menyarankan agar IPC dituntut berperan lebih aktif sebagai fasilitator dialog perdagangan.
“Serta mampu memberikan informasi strategis bagi pelaku industri, dan menjadi platform untuk memperkuat ketahanan perdagangan regional,” tegas Djatmiko Bris Witjaksono selaku Dirjen Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan.