Perum Perhutani sudah menyiapkan lahan 62.000 ha untuk penanaman tebu bagi investor Pabrik Gula baru di Jawa. Sedang bagi investor PG baru di luar Jawa maka Inhutani menyiapkan lahan. Darto Wahab, Asisten Deputi bidang Tata Kelola Pangan Deputi Pertanian dan Pangan, Kementerian Perekonomian menyatakan hal ini.
Polanya adalah lahan ini disewakan pada masyarakat. Masyarakat menanam tebu untuk digiling di PG baru. Di Jawa saat ini yang mendesak adalah untuk PT Kebun Tebu Mas di Lamongan yang karena kapasitasnya besar membuat banyak pabrik di sekitarnya kekurangan tebu.
Investor baru Pabrik Gula juga harus menyediakan lahan sendiri minimal 20% dari total kapasitas bahan bakunya. Hal ini sangat penting sebab bisa saja masyarakat memboikot tidak mau menjual tebu pada PG baru ini, pabrik masih bisa beroperasi dengan tebu milik sendiri.
Pemerintah juga mengkaji untuk membangun kawasan khusus tertentu untuk gula misalnya di satu pulau. Cara ini akan memudahkan pemerintah dalam membangun infrastruktur yang diperlukan. Hal ini berkaca pada pengalaman Mauritus yang berupa negara kepulauan. Semula mempunyai 20 PG kemudian ditutup tinggal 4 PG dalam satu pulau dan sekarang sudah mengekspor gula ke mana-mana.
Di Indonesia baru diwacanakan penutupan beberapa PG saja Menko Perekonomian sudah mendapat surat dari Gubernur Jatim yang menolak dengan alasan akan menimbulkan pengangguran baru. Keputusan soal penutupan PG ini tidak mencapai kata sepakat pada rapat tingkat Kemenko Perekonomian karena antara Kementerian Pertanian, Perdagangan, Perindustrian dan BUMN, sehingga akan dibawa dalam rapat dengan Presiden.
Alternatif lain selain melakukan penutupan adalah memungkinkan kerjasama dengan masuknya investor swasta. Tetapi harus ada peraturan Menteri BUMN yang dirubah sebab saat ini tidak memungkinkan kerjasama dengan swasta.