2019, 7 Agustus
Share berita:

JAKARTA, Perkebunannews.com – Format peremajaan atau replanting karet rakyat saat ini bukan lagi model monokultur. Model peremajaan 60 persen karet dan 40 persen tanaman lain. Karena format peremajaan ini banyak sekali mendapat nilai tambah buat petani.

Jika format peremajaan karet tersebut berhasil, pengembangannya dapat diimplementasikan ke tanaman lain. “Terutama dalam masa menunggu hasil,” tukas Direktur Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian, Kasdi Subagyono di Jakarta, Rabu (7/8).

Kasdi mengatakan, peremajaan karet rakyat merupakan salah satu bagian dari kesepakatan negera-negara penghasil karet dunia atau International Tripartite Rubber Council (ITRC). Apalagi di saat harga karet yang belum membaik.

Menurut Kasdi, harga karet yang terjadi di pasar global saat ini tidak lagi supply and demand. Stok China bukan satu-satunya penyebab harga turun. Fenomena supply-demand nampaknya bukan lagi menjadi penentu harga “Menurut saya, di belakang SICOM menentukan harga karet di pasar global.seperti pabrik-pabrik ban,” tukasnya.

Karena, lanjut Kasdi, sewaktu ada kesepakatan ITRC yang menahan ekspor hingga 240 ribu ton harga karet sempat mengalami kenaikan. Namun saat ini harga turun lagi karena stok karet China sebanyak 600 ribu ton dianggap stok karet dunia. (HP/YR)

Baca Juga:  Pemerintah Dorong Penyelesaian Krisis Harga Kopi