2020, 17 September
Share berita:

Jakarta, Media Perkebunan.id

Percepatan swasembada gula konsumsi merupakan salah satu program super prioritas Kementan. Kebutuhan gula konsumsi 2,8 juta ton, produksi 2,18 juta ton sehingga defisit 620.000 ton. Karena itu sampai tahun 2023 ditargetkan tambahan produksi gula 676.000 ton dengan intensifikasi kebun tebu 200.000 ha dan ekstensifikasi 50.000 ha. Saleh Mohktar, Direktur Perbenihan Perkebunan, Ditjenbun, menyatakan hal ini pada seminar online seri 3 Tanaman Pemanis, Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat.

Tahun 2020 rawat ratoon di Jawa 10.000 ha dengan target memberikan kontribusi 14.250 ton GKP pada tahun 2021. Tahun 2021 target areal intensifikasi 100.000 ha terdiri dari bongkar ratoon 25.000 ha dan rawat ratoon 75.000 ha. Ekstensifikasi di luar Jawa ditargetkan 15.000 ha. Target tambahan produksi 298.825 ton. Tahun 2022 intensifikasi 90.000 ha terdiri dari bongkar ratoon 50.000 ha dan rawat ratoon 40.000 ha, sedang ektensifikasi 35.000 ha. Target tambahan produksi 395.925 ton.

Dukungan perbenihan untuk percepatan swasembada gula adalah dengan membangun kebun benih datar(KBD) seluas 1.667 ha di Jatim, Jateng, Jabar pada tahun 2020 dengan target menghasilkan 600.120.000 benih (mata). Tahun 2021 ditargetkan pembangun Kebun Benih Nenek (KBN) 22 ha, Kebun Benih Induk 252 ha dan Kebun Benih Datar 1.929 ha.

Kondisi perbenihan tebu selama ini sering tidak sinkron waktu dan jumlah ketersediaan dengan kesiapan lahan tanam di kebun tebu rakyat. Petani sendiri bebas melakukan pola budidaya tebu tanpa memperhitungkan waktu tanam optimal. Mayoritas petani masih enggan menggunakan benih tebu bersertifikat dan menggunakan benih seadanya.

Tahun 2017 realisasi penyediaan benih tebu swakelola melalui pembangunan KBD yang didanai APBN sangat rendah, hanya 12,92% dari target 867 ha. “Mudah-mudahan tidak terjadi lagi,” kata Saleh.

Baca Juga:  IBADAH PRA NATAL KORPRI KEMENTAN : SIAP MENJAGA PANGAN DAN WUJUDKAN PROGRAM KEMENTAN

Saat ini umumnya produsen benih tidak menyediakan benih tanpa adanya kepastian pesanan, sementara penyediaan benih tebu melalui program APBN tidak dapat dipastikan konsistensi anggaran yang dialokasikan. Karateristik benih tebu yang tidak dapat disimpan lama dan membutuhkan biaya yang relatif besar, karena itulah umumnya penyediaan benih tebu oleh produsen benih melalui pesanan terlebih dahulu.

Diperlukan perencanaan penyediaan benih tebu yang tepat, untuk pelaksanaan pembangunan kebun sumber benih tebu pada wilayah pengembangan dengan maksud mendekatkan sumber-sumber benih dengan lokasi penanaman, dan adanya kerjasama semua pihak terkait yaitu sumber benih (litbang pemerintah, BUMN, swasta), PG, asosiasi/poktan/petani tebu. “Kalau tidak ditata dengan baik sulit mendapatkan benih yang cukup, berkualitas, sesuai dan berkelanjutan,” kata Saleh lagi.

Realisasi penyediaan benih tebu tahun 2015 672.720.000 mata, 2016 90.180.000 mata, 2017 nol, 2018 485.100.000 dan 2019 70.620.000. Artinya kemampuan menyediakan benih ada dan diharapkan kedepan semakin mantap. Petani juga harus mau bongkar ratoon, bisa saja benih sudah tersedia tetapi petani enggan.