2023, 1 Mei
Share berita:

Makassar, mediaperkebunan.id – Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, meminta para penyuluh di Sulawesi Selatan untuk menjadi pejuang dan garda terdepan dalam meningkatkan produktivitas disaat musim kemarau panjang atau el nino 2023.

Menurut Syahrul, penyuluh pertanian lapangan yang harus menyebar ke semua desa dan mulai menghidupi petani secara mandiri melalui kelembagaan ekonomi. Caranya, penyuluh dapat menggunakan fasilitas Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebagai jalan pertama dalam menangani persoalan modal.

Kemudian, dengan menggunakan akses KUR maka nantinya akan ada alsintan di setiap kecamatan seluruh Indonesia.

Selanjutnya, lembaga ekonomi itu akan mengatur pengadaan pupuk, kemudian pengadaan benih dan juga sarana prasarana produksinya. Jadi pola keuangannya bukan sekedar bantuan melainkan prinsip pinjaman yang dikembalikan melalui kerja keras.

“Saya ingin dalam kelembagaan bernilai ekonomi ini nantinya ada budidaya sapi, pupuk organik, benih unggul sampai pada alat modern lainya. Dan jangan kita terbiasa dengan bantuan karena itu hanya membuat kita tidak berpikir. Kita pakai gagasan untuk menghasilkan karya,” kata Syahrul.

Terkait dengan KUR, Kementerian Pertanian (Kementan) juga mengajak Perbankan khususnya  jajaran Bank Milik Negara untuk memperkuat cakupan kerjanya dalam membangun sektor pertanian Indonesia. Salah satunya dengan memberikan fasilitas KUR yang selama ini menjadi program strategis dalam mengantisipasi kemungkinan adanya krisis pangan global.

“Saya berharap ada loncatan untuk lebih besar lagi, lebih strategia lagi dan lebih berkontribusi lagi. Tidak hanya mengurusi perbankan saja, tetapi masuk pada tingkat menyelamatkan bangsa, ekonomi dan pejuang bagi Indonesia,” ujar Syahrul.

 Alhasil, Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut Nilai Tukar Petani atau NTP pada Maret 2023 kembali naik, mencapai 110,85 atau mengalami kenaikan tinggi sebesar 0,29 persen apabila dibandingkan dengan Februari 2023. Peningkatan NTP terjadi karena indeks harga yang diterima petani naik sebesar 0,53 persen atau lebih tinggi dari kenaikan indeks harga yang dibayar petani yang hanya 0,24 persen. Naiknya NTP dipengaruhi oleh komoditas perkebunan seperti kelapa sawit, dan kopi.

Baca Juga:  Ditjen Perkebunan: Program Sarpras Tingkatkan Daya Saing dan Nilai Tambah Pekebun

Menanggapi data tersebut, ditempat terpisah Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Ditjenbun, Kementan, Prayudi mengatakan, dalam upaya pencapaian target ekspor tiga kali lipat (Gratieks), salah satu strateginya adalah kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan dapat berjalan secara optimal dan tercapai sesuai target.

“Karena itu, kami akan terus berupaya memperkuat pengolahan hasil perkebunan dari hulu hingga hilir. Hal ini agar produk perkebunan memiliki daya saing di pasar global,” ujar Prayudi.