Jakarta, Mediaperkebunan.id
Produksi karet tahun 2020 2,88 juta ton turun dibanding tahun 2019 3,3 juta ton, produksi kebun rakyat 2,53 juta ton turun dari 2,9 juta ton tahun 2019, demikian juga perkebunan negara turun dari 165,070 ton menjadi 144.232 ton dan perkebunan swasta dari 231.098 ton jadi 201.925 ton. Edy Supriyanto, Kepala Pusat Peneltian Karet Indonesia, PT Riset Perkebunan Nusantara menyatakan hal ini.
Faktor produksi karet ditentukan banyak faktor dan bila tidak dipenuhi produksi akan turun dibanding potensinya. Penggunaan benih asalan membuat produksi turun 30-50%, manajemen penyadapan yang tidak sesuai produksi bisa turun 30-50%, manajemen pemeliharaan tidak sesuai produksi turun 5-30%, iklim dan lahan produksi turun 10-20%, manajemen pengolahan turun 5-10%. Faktor lain penurunan produksi adalah serangan penyakit gugur daun pestalotiopsis yang menyebabkan produksi bisa turun 15-41%.
Tahun 2020 harga rata-rata karet USD1,38/kg, harga ditingkat petani Rp9000-12.000/kg. Karet di Indonesia didominasi petani dengan luas areal 3,12 juta ha diusahakan oleh 2,2 juta petani, produksi 1,1 ton/ha/tahun dan luas kepemilikan lahan petani 1,25 ha/orang. Tantangan perkebunan rakyat adalah produktivitas rendah, kualitas karet rendah dan peremajaan.
Masalah yang dihadapi perkebunan rakyat adalah keterbatasan akses pada informasi sehingga tidak tahu benih unggul baik jaminan mutu, harga serta cara mendapatkannya. Akibatnya menggunakan benih karet asalan. Akses pada pendanaan juga kurang sehingga tidak mampu membeli input yang diperlukan ditambah kurang aksesnya pada cara budidaya yang baik membuat budidaya tidak sesuai dengan kaidah agronomis.
Meskipun sudah waktunya peremajaan tetapi karena tidak punya penghasilan lain selama belum menghasilkan maka peremajaan terlambat. Pembinaan pada kelembagaan petani juga kurang. Hasil akhir dari semua hal ini adalah produksi rendah, pendapatan rendah sehingga tidak sustainable.
Heru Tri Widarto, Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar, Ditjen Perkebunan, menyatakan luas kebun karet di Indonesia 3.681.124 ha dengan produksi 2.884.645 ton. Terbesar di Sumsel 870.144 ha dengan produksi 804.768 ton melibatkan 386.852 KK.
Sentra produksi karet lainnya adalah Jambi 396.825 ha, produksi 262.831 ton, petani 134.362 kk; Sumatera Utara 396.678 ha, produksi 327.670 ton petani 187.844 KK; Kalimantan Barat 391.672 ha, produksi 236.031 ton, petani 278.814 KK;Riau 329.461 ha, produksi 291.909 ton, petani 171.648 KK; Kalimantan Tengah 293.441 h, produksi 125.921 ton, petani 170.455 KK; Kalimantan Selatan 200.805 ha, produksi 145.089 ton petani 171.660 KK.
Luas areal karet sejak tahun 2016-2020 semakin meningkat, 2016 2.639 juta ha, 2017 3,659 juta ha, 2018 3,676 juta ha, 2019 3,676 juta ha dan tahun 2020 3,681 juta ha. Produksi malah turun tahun 2016 3,358 juta ton, 2017 3,68 juta ton, 2018 3,63 juta ton, 2019 3,301 juta ton dan tahun 2020 2,884 juta ton. Produktivitas juga turun tahun 2016 1.104 kg/ga, 2017 1,205 kg/ha, 2018 1,161 kg/ha, 2019 1,025 kg/ha dan tahun 2020 1,018 kg ha. Dari luas areal 3,68 juta ha 89% merupakan perkebunan rakyat, 7% perkebunan besar swasta dan 4% perkebunan besar negara. Sedang produksi.
Tanaman menghasilkan tahun 2016 3,041 juta ha, tahun 2017 3,054 juta ha, 2018 3,127 juta ha, 2019 3,221 juta ha dan tahun 2020 turun 2,832 ha. Tanaman Belum Menghasilkan tahun 2016 504.329 ha, 2017 522.826 ha, 2018 445.609 ha, 2019 316.971 ha, tahun 2020 meningkat 679.510 ha. Tanaman rusak tahun 2016 92.996 ha, 2017 82.241 ha, 2018 98.297 ha, 2019 137.662 ha dan tahun 2020 168.809 ha.