Terjadinya kelangkaan bahan baku kelapa bagi industri nasional beberapa waktu yang lalu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor pertama adalah produktivitas kelapa nasional yang masih rendah yaitu hanya 1,1 ton kopra/ha/tahun padahal potensi produksinya bisa mencapai 2,8 ton kopra/ha/tahun. Fadjry Djufry, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Balitbang Kementan menyatakan hal ini.
Penyebab rendahnya produktivitas adalah proporsi tanaman kelapa tua dan tidak produktif yang cukup tinggi dan tidak disertai dengan program peremajaan yang cukup luas. Selain itu benih yang digunakan dalam peremajaan tidak semuanya berasal dari varietas unggul baru, hasil seleksi.
Petani kelapa sebagian besar ke kebun hanya untuk memanen saja. Mereka tidak menerapkan teknik budidaya yang baik seperti memupuk. Serangan hama penyakit juga menjadi masalah selain alih fungsi lahan.
El Nino juga menjadi salah satu faktor. Tahun 2015 merupakan El Nino yang paling parah dan panjang sehingga produksi kelapa turun ± 10%. Pada padi karena merupakan komoditas prioritas sudah diantisipasi sehingga produksi meningkat.
Kondisi turunnya produksi tidak hanya dialami Indonesia saja tetapi negara-negara lain. Akibatnya pembeli dari luar negeri datang ke sini membeli buah kelapa segar langsung dari petani dengan harga lebih tinggi dari pedagang lokal.
“Satu sisi petani diuntungkan namun ekspor buah kelapa segar ini merugikan Indonesia, karena nilai tambahnya menjadi lebih kecil. Keadaan ini diperburuk dengan adanya ekspor buah kelapa segar illegal. Lebih bagus kelapa di olah pada industri dalam negeri sehingga masyarakat bisa diberdayakan sebagai tenaga kerja di pabrik,” katanya.