Salatiga, Mediaperkebunan.id
Awal tahun 2021 ini, terutama Pebruari-April 2021 terjadi kondisi abnormal yaitu suply karet alam rendah. Penyebabnya menurut Titik Widyasari, peneliti Balai Penelitian Getas , Pusat Penelitian Karet adalah pekebun menghentikan penyadapan karena dibeberapa negara musim dingin. Harga karet yang rendah dalam beberapa tahun terakhir juga menyebabkan dilakukan peremajaan karet.
Covid-19 menyebabkan permintaan sarung tangan meningkat tetapi tidak disertai suplai lateks pekat yang mencukupi. Penyadapan di Thailand dan Malaysia terhalang karena kekurangan tenaga penyadap terampil. Kebutuhan tenaga penyadap di kedua negara ini sangat tergantung pada imigran dari luar negeri. Serangan penyakit gugur daun juga berdampak, Indonesia mencapai 387.000 ha, Thailand 141,000 ha, Malaysia 16.000 ha dan dibeberapa wilayah Sri Lanka dan India.
Harga karet selama Januari – April 2021 perbulannya sangat fluktiatif. Harga rata-rata SIR 20 selama periode ini adalah USD1,7/kg atau Rp20.000-22.000/kg. Komponen biaya produksi crumb rubber adalah tenaga kerja 61%,pengolahan di pabrik 24%, lahan 9%, bahan tanam 2% dan lain-lain 4%.
Tenaga kerja di perkebunan karet punya tantangan tersediri karena merupakan usaha jangka panjang. Tantangan yang dihadapi adalah kelangkaan tenaga kerja yang memiliki kekuatan fisik dan skill dalam menyadap. Menyadap yang ideal adalah dilakukan pada dini hari ketika tekanan turgor tinggi.
“Persyaratan kerja seperti ini tergantung budaya setempat juga. Di beberapa daerah penyadap mau bangun dini hari, kemudian menyadap, istirahat dan memungut getah jam 9-10an, setelah itu mereka melakukan pekerjaan lain. Tetapi di daerah lain penyadap hanya mau bekerja siang hari,” katanya.
Kultur seperti ini sangat berpengaruh terhadap capaian produksi. Tidak mudah merekrut pekerja perkebunan karet terutama yang dekat industri/kawasan ekonomi pemudanya akan memilih bekerja ditempat lain yang pakainya rapi dan di dalam gedung. Padahal bekerja sebagai penyadap kalau bekerja dengan rajin bisa mendapat upah lebih tinggi. Tantangan lainnya upah yang semakin meningkat sesuai UMR.
Kebutuhan tenaga penyadap tergantung pada frekuensi penyadapan, semakin rendah frekuensi maka semakin sedikit kebutuhannya. D2 (sadap 2 hari sekali kebutuhan tenaga kerja 0,5 orang/ha , d3, 0,33, d4 0,25, d5 0,2, d6 0,17 dan d7 0,14.
Dengan harga karet yang fluktuatif maka upaya yang bisa dilakukan untuk bisa memberikan keuntungan adalah meningkatkan produktivitas. Setiap kenaikan produktivitas 1% maka harga pokok akan turun 0,43%.
Peningkatan produktivitas dicapai melalui pemilihan lahan yang sesuai. Kebun karet cocok di lahan S1 dan S2 dengan ketinggian 600 m. Diatas 600 m maka waktu sadap akan terlambat. Selain itu menanam karet diketinggian perlu tenaga kerja dengan fisik kuat karena harus mendaki.
Harus menggunakan klon unggul anjuran berproduksi tinggi. Komposisi tahun tanam harus diatur. Penerapan system sadap berdasarkan tipologi klon. Manajemen hari kerja sadap dan tap recovery. Pemupukan sangat penting setelah produksi digenjot, kalau diabaikan maka umur ekonomisnya bisa pendek. Pengendalian penyakit juga perlu diperhatikan karena kalau terserang gugur daun maka produksi bisa anjlok.
Efisiensi biaya penyadapan dengan memperhatikan penggunaan teknologi pemanenan lateks. Hasil penelitian Balit Getas dalam kombinasi penggunaan stimulan dan tenaga kerja menunjukkan penerimaan lateks tertinggi pada d3.ET2,5.10d (sadap 3 hari sekali penggunaan stimulan etepon 2,5 % diaplikasikan 10 hari sekali} sekaligus juga biaya sadap tertinggi. Sedang keuntungan tertinggi d4.ET5.2w (sadap 4 hari sekali, stimulan etepon 5% aplikasik tiap 2 minggu). Sedang penerimaan, biaya dan keuntungan terendah pada d6.ET4.2w (sadap 6 hari sekali, stimulan etepon 4% aplikasi 2 minggu sekali).