Kelapa sawit telah menjadi komoditi andalan dan strategis Indonesia, namun berbagai permasalahan teknis dan klasik masih selalu dijumpai. Diantaranya adalah penggunaan bibit ilegitim, peremajaan, pemupukan, efektivitas panen, serta permasalahan hama dan penyakit yang belum terselesaikan secara efektif.
Hasril Hasan Siregar, Direktur Pusat Penelitian Kelapa Sawit menyatakan hal ini pada Pertemuan Teknis Kelapa Sawit di Solo. Tema PTKS 2017 adalah Kelapa Sawit Dalam Genggaman : Inovasi Teknologi untuk Peremajaan dan Peningkatan Produktivitas.
Penyebabnya adalah masih adanya keterbatasan akses informasi dan inovasi oleh para stakeholder, praktisi, maupun petani kelapa sawit di Indonesia. Selain itu, kondisi iklim yang tidak menentu, pemanfaatan lahan-lahan marjinal untuk kelapa sawit, serangan penyakit busuk pangkal batang yang disebabkan oleh Ganoderma, permasalahan sosial dan lingkungan juga menjadi tantangan yang harus dihadapi.
“Peranan riset dalam menghadirkan inovasi akan terus diperlukan dari masa ke masa. Peningkatan produksi kelapa sawit nasional merupakan bukti nyata dari peran inovasi tersebut,” kata Hasril.
Pada dekade 1960 potensi bahan tanaman kelapa sawit dapat menghasilkan CPO 4,3 ton/ha/tahun, dan potensi tersebut terus meningkat menjadi 8,3 ton/ha/tahun pada dekade tahun 2010. Integrasi teknologi biologi molekuler ke dalam sistem pemuliaan konvensional, serta penerapan perbanyakan secara kultur jaringan juga mampu meningkatkan potensi produksi menjadi lebih dari 10 ton CPO/ha/tahun pada dekade tahun 2020 mendatang.
Sejalan dengan inovasi varietas unggul, introduksi dan riset tentang serangga penyerbuk kelapa sawit (SPKS) Elaeidobius kamerunicus juga berkontribusi dalam peningkatan produksi TBS sekitar 26% pada dekade tahun 1980, serta pada dekade tahun 2010-2020 PPKS melalui inovasi teknologi Hatch & Carry dan pengembangan atraktan Kairomix akan berkontribusi untuk peningkatan produksi TBS hingga 25%.
Produktivitas kelapa sawit aktual pada umumnya masih relatif rendah, yaitu 15-35% di bawah produktivitas potensial, dan ini tentunya juga memerlukan dukungan riset, inovasi dan penerapan best practices. Inovasi kultur teknis terutama pemupukan yang efisien, berimbang dan efektif tentunya selalu diperlukan untuk mencapai produktivitas potensial.
Beberapa inovasi lainnya juga sudah berkembang dalam menjawab tantangan teknis perkelapasawitan terkini antara lain: perakitan bahan tanaman unggul kelapa sawit moderat tahan Ganoderma, pemanfaatan teknologi Drone (UAV: Unmanned Aerial Vehicle) dalam monitoring penyakit Ganoderma, penerapan sistem peremajaan yang efektif untuk areal endemik Ganoderma, aplikasi teknologi tata air di lahan gambut/pasang surut, serta penerapan sistem irigasi pada lahan kering.
Seiring dengan berkembangnya industri kelapa sawit, semua stakeholders, baik negara, swasta, petani telah menyadari pentingnya riset, inovasi dan teknologi untuk mencapai produktivitas potensial dan berbagai aspek perkelapasawitan nasional. Saat ini, kegiatan riset dan inovasi tidak hanya dilaksanakan dan dihadirkan oleh Lembaga Riset maupun Perguruan Tinggi saja, namun inovasi-inovasi praktis dan bermanfaat juga telah dihadirkan oleh para praktisi maupun petani.
Produk riset, inovasi dan teknologi perkelapawitan yang diharapkan pada masa depan meliputi: Paket-paket teknologi (seperti peremajaan, pemupukan) dalam kerangka intensifikasi dan efisiensi untuk terus meningkatkan produktivitas; Mekanisasi dan otomatisasi kultur teknis untuk mengantisipasi permasalahan tenaga kerja; Pengembangan produk turunan (oleopangan dan oleokimia), bioenergi, dan limbah/produk samping (biomasa) untuk peningkatan nilai tambah & ekspor produk kelapa sawit; Memberikan jawaban atas isu-isu lingkungan (biodiversity, gambut, emisi gas rumah kaca, carbon stock, dan land use) dan keamanan pangan yang diarahkan pada industri hilir kelapa sawit, serta memberikan masukan terhadap keseimbangan supply-demand, dinamika harga serta berbagai aspek sosial ekonomi.
Semakin berkembangnya teknologi digital dewasa ini membuka peluang yang besar untuk tercapainya precission agriculture sehingga akan meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pengelolaan kebun. Munculnya beberapa aplikasi smartphone yang berkaitan dengan kelapa sawit akan terus membawa kemudahan bagi praktisi dan petani untuk mengakses segala informasi, sehingga interaksi para stakeholder menjadi sangat intensif.