Pengiriman CPO dari pelabuhan Pulai Baai, Bengkulu, menunjukkan kenaikan dari periode yang sama tahun lalu. Hal ini menunjukkan naiknya permintaan CPO dari luar Bengkulu. John Irwansyah Siregar , Ketua GAPKI Bengkulu menyatakan hal ini.
April 2020 misalnya, pengiriman CPO naik sekitar 55% dibandingkan bulan yang sama tahun 2019 lalu. Semula di angka 32.605 ton, menjadi 50.481 ton. Maret memang ada penurunan, tapi penurunan itu terjadi karena tren panen bukan karena dampak Covid 19.
Menurutnya, situasi ini dapat terjadi berkat kelancaran distribusi komoditas kelapa sawit di Bengkulu. “Kami berharap pemerintah terus menjamin kelancaran distribusi yang dibutuhkan dalam bisnis perusahaan minyak kelapa sawit,” lanjutnya. Karena, jika ada hambatan transportasi, baik mobilitas di perkebunan maupun pengiriman CPO ke daerah lain, tentu akan memberi tekanan lebih berat kepada industri kelapa sawit.
Kendati begitu, Gapki Bengkulu tetap mewaspadai dampak negatif yang dapat ditimbulkan Covid 19. Kewaspadaan itu, menurut Daniel Manurung, Sekretaris GAPKI Bengkulu, diwujudkan dengan menerapkan protokol operasional secara ketat. Selain itu, koordinasi dan kerja sama dengan pemerintah daerah pun terus dilakukan untuk menekan maupun meringankan beban masyarakat akibat pelambatan ekonomi yang timbul akibat pandemi Covid 19.
Daniel berharap Covid-19 dapat segera berlalu dan bisnis berjalan normal kembali. Termasuk di industri kelapa sawit yang merupakan komoditas strategis nasional. Apalagi, menurutnya, perkebunan kelapa sawit merupakan andalan masyarakat Bengkulu. Sebanyak 65% perkebunan kelapa sawit di Bengkulu adalah kebun milik masyarakat.
Tofan Mahdi, Ketua Bidang Komunikasi GAPKI menyatakan Bengkulu ini seperti oase yang menyejukkan. Di tengah pandemi Covid-19 yang memukul banyak industri, produktivitas Bengkulu malah meningkat. Berkaca pada Bengkulu dan daerah lainnya, sejauh industri kelapa sawit masih berjalan normal.