Jakarta, Mediaperkebunan.id – Kumbang tanduk (Oryctes) adalah hama utama pada kelapa sawit. Tahun 2018 serangannya mencapai 13.954.800 ha, tahun 2019 14.076.900 ha, tahun 2020 14.465.000. Novi Budiyanty dari FMC menyatakan hal ini pada online training yang diadakan Perkumpulan Praktisi Profesional Perkebunan Indonesia (P3PI) dan Media Perkebunan.
Serangan Oryctes rhinoceros, bila tidak dikendalikan bisa menyebabkan 16 pokok mati. Bila satu pokok produksi 200 kg/tahun, harga TBS Rp1.500/kg, maka pendapatan satu pohon Rp300.000/tahun. Bila 16 mati karena kumbang tanduk maka kerugian per ha Rp4,8 juta. Bila kebun 10.000 ha maka kerugiannya mencapai Rp48 miliar.
Siklus hidup kumbang tanduk adalah kumbang betina meletakkan telur 50-150 butir di batang mati, telur menetas 10-18 hari menjadi larva/uret, masa hidup uret 60-180 hari (3 instar), menjadi pupa dengan masa pupa 16-27 hari; menjadi dewasa 106-266 hari.
Bentuk serangan menggerek bagian samping bongol batang pada ketiak pelepah, langsung mencapai titik tumbuh; menggerek langsung dari bagian pucuk menuju titik tumbuh; serangan tidak terbatas pada tanaman muda saja dapat juga terjadi pada tanaman dewasa.
Program peremajaan yang dilaksanakan 5% /tahun di perusahaan perkebunan membuat tempat berkembang biak dan sumber makanan selalu tersedia sehingga siklus hidup tidak pernah putus. Areal dengan presentasi serangan Ganoderma tinggi biasanya juga serangan Oryctes tinggi.
Kegagalan kacangan sebagai penutup tanah karena penanaman terlambat, penanaman tidak sesuai iklim, kalah berkompetisi dengan gulma membuat rumpukan batang tidak tertutup sehingga menjadi tempat berkembang biak Oryctes.
Serangan Oryctes sangat merugikan karena banyak tanaman rusak sehingga penyisipan banyak; masa TBS lebih panjang sehingga pendapatan dari penjualan TBS tertunda; produksi tahun pertama menghasilkan lebih rendah , yaitu pada umur 39 bulan produksi lebih rendah 40% dibanding tanaman normal.
Pengendalian Oryctes harus secara terpadu yaitu secara bilologi, manual, kultur teknis dan kimia. Pengendalian biologi dengan agensia hayati Rhabdionvirus oryctes, Metarhizium anisopalekds. Pengendalian manual dengan feromon, pengumpulan kumbang dan larva, penggunaan orycnet. Pengendalian kultur teknis dengan penanaman LCC dan sanitasi areal pertanaman sawit muda.
Sedang kimia menggunakan Marshal 5 GR dari FMC. Merupakan insektisida kontak dan sistemik berbahan aktif karbosulfan 50 gr/kg untuk pengendalian hama kumbang tanduk pada kelapa sawit. Sifat sistemik yang istimewa pada tanaman dan bekerja sebagai racun kontak pada lambung.
Masuk dalam group Karbamat, bekerja dengan cara menghambat enzim asetilkolin esterase pada sistem saraf hama, yang bertanggung jawab untuk koordinasi pergerakan sel-sel otot hama. Pergerakan otot hama menjadi tidak terkendali dan kontinyu sehingga menyebabkan tremor, paralisis dan kematian.
Aplikasi dengan pengamatan tanaman terkena, tabur pada pangkal pelepah termuda 3-6 gr, ulangi dalam interval 1 bulan. Keunggulannya adalah efektif untuk melindungi tanaman muda dan membunuh kumbang yang menyerang tanaman tersebut; residu 1 bulan (tidak mudah hilang oleh air hujan karena teknologi MUP yaitu ada campuran surfaktan, emulsifier, anti foaming agent sehingga terikat kuat}; lebih efektif dan efisien dibanding aplikasi spray, karena dengan aplikasi ini mudah tercuci, kena angin dan menguap oleh panas matahari, membunuh kumbang penyerbuk dan sifatnya lebih menolak.