2017, 2 Oktober
Share berita:

Meskipun tanaman rempah sebagai salah satu komoditas utama perdagangan nasional tapi baru dimanfaatkan 4 persen jenis tanaman rempah dari 7000-an jenis rempah.

“Atas dasar itulah maka dibentuk relawan rempah yang terdiri dari latar belakang seperti pelaku bisnis, petani, aktivis, peneliti, pengajar atau dosen dan lainnya yang memang mendukung keberlanjutan rempah,” kata Ketua Dewan Rempah Indonesia, Gamal Nasir dalam keterangan terulis yang dikirimkan ke perkebunannews.com.

Selain itu, menurut Gamal, perlunya penguatan rempah adalah untuk pembangunan rempah nasional dalam jangka panjang. Bahkan dengan letak Indonesia sebagai negara kepulauan maka tidaklah heran jika banyak tenaman rempah yang hidup di Indonesia.

Sehingga dengan kondisi Indonesia sebagai Negara Maritim-Agraris telah menjadikan rempah sebagai bagian budaya yang melekat dalam berbagai bahan makanan, minuman, aroma terapi, obat, kosmetik dan ritual kehidupan sehari-hari.

“Saat ini, di era millenial negara-negara lain telah melakukan pengembangan dan industrialisasi secara masif sementara rempah kita pengelolaannya 90% dilakukan oleh petani,” papar Gamal.

Lebih dari itu, Gamal menambahkan, saat ini kebutuhan pasar rempah dunia dan potensi untuk mengembangkan rempah sebagai komoditas maupun produk turunannya tetap terbuka peluang lebar. “Maka dalam hal ini tidaklah heran jika Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) tengah mendorong transformasi perekonomian Indonesia dari berbasis komoditas ke manufaktur sebagai syarat transformasi yang penting untuk menjadi negara maju,” pungkas Gamal. YIN

Baca Juga:  GAR Mengklaim Mampu Capai Rantai Pasok Terlacak