Beberapa penerima sertifikat ISPO mengaku kecewa dengan pemberian sertifikat yang dilakukan bersamaan dengan Peringatan Hari Perkebunan ke 62 di Malang. Pemberian dilakukan pada malam gala dinner dengan pembawa acara memanggil Lembaga Sertifikasi (LS) dan menyebutkan siapa saja penerima sertifikat ISPO tanpa dilanjutkan dengan penyerahan sertifikat oleh LS yang disaksikan oleh Dirjen Perkebunan di panggung yang seperti lazim dilakukan.
Yudi dari Koperasi petani swadaya Perkasa Nalotantar, Kabupaten Merangin, Jambi yang merupakan mitra PT Wilmar menyatakan sangat kecewa dengan cara penyerahan ini. Dirinya bersama koperasi-koperasi mitra Wilmar lainnya dari Riau dan Sumut datang jauh-jauh ke Malang ingin menerima sertifikat di panggung dan didokumentasikan.
“Dengan luas 376,44 ha kami mempersiapkan proses sertifikasi selama satu tahun lebih. Kami bangga datang kesini untuk memerima sertifikat tetapi sayang apresiasinya kurang tepat,” katanya.
Secara terpisah, Irham, Wakil Direktur Utama lembaga sertifikasi MAL menyatakan kliennya yang mendapatkan sertifikat ISPO sangat mengharapkan supaya diberi panggung yang cukup leluasa ketika proses pemberian sertifikat.
“Banyak dari mereka perlu waktu 2-3 tahun untuk mempersiapkanya. Pemberian sertifikat merupakan ujungnya dan mereka bangga ingin menunjukkan sudah mampu memenuhi semua aturan. Ada beberapa klien yang perlu dokumentasi dipanggung untuk disampaikan pada atasannya,” katanya.
Sebagai LS pihaknya hanya ikut apa saja yang ditentukan oleh panitia. Tetapi akan lebih baik dan membanggakan bagi penerima bila mereka diberi sertifikat dipanggung. “Tadi kami diskusi dengan beberapa klien sebenarnya mereka berharap banyak dari moment pemberian sertifikat ini,” katanya.