Wakil Bupati Boven Digoel, Chairul Anwar menyebutkan pendekatan pengelolaan bentang alam berkelanjutan menjadi prasyarat pembangunan di Kabupaten Boven Digoel. Hal tersebut agar nilai-nilai yang ada di masyarakat tetap terjaga.
Pertemuan multipihak membahas Penerapan Perencanaan dan Pengelolaan Bentang Alam Berkelanjutan pada PT Tunas Sawa Erma di Boven Digoel yang dilaksanakan pada 28 Februari – 1 Maret 2018 sebagai salah satu proses diskusi para pihak yakni pemerintah, pihak swasta, masyarakat dan LSM.
Hal tersebut untuk mewujudkan pengelolaan bentang alam berkelanjutan di Kabupaten Boven Digoel, Papua, yang mengedepankan prinsip kelola sosial, kelola Lingkungan dan kelola ekonomi yang berjiwa Boven Digoel.
“Prinsip kehati-hatian perlu menjadi perhatian seluruh pihak terutama pihak investor, masyarakat, dan pemerintah agar nilai-nilai penting yang ada di masyarakat dapat terjaga, keanekaragaman hayati dan lingkungan hidup diperhatikan, sehingga ekonomi dapat meningkat,” ujar Chairul.
Kelola Sosial, Kelola Lingkungan, Kelola Ekonomi adalah prinsip utama pembangunan berkelanjutan yang sangat dibutuhkan untuk mengantisipasi dampak negatif terhadap keanekaragaman hayati, Jasa Lingkungan, sosial budaya masyarakat dan perubahan iklim yang sudah tentu untuk manfaat bagi generasi manusia saat ini dan generasi manusia masa depan.
Kabupaten Boven Digoel membutuh pembangunan, namun pembangunan yang harus berubah dari kebiasaan saat ini menjadi Business Us Ussual (BAU). Kondisi Alam Boven Digoel yang masih lebih dari 80 persen berupa hamparan berkelanjutan bentang alam berhutan, sungai, rawa, gunung dan ditinggali masyarakat tradisonal yang masih sangat tergantung pada bentang alam tersebut menyebabkan pelaksanaan pembangunan harus menerapkan prinsip kehati-hatian.
PT Tunas Sawa Erma (Korindo Group) sebagai salah satu investor perkebunan kelapa sawit di Boven Digoel telah berkomitmen untuk menerapkan Perencanaan dan Pengelolaan Bentang Alam Berkelanjutan. Dalam menerapkan perencanaan dan pengelolaan bentang alam ini harus semua para-pihak melibatkan diri, menghormati keputusan, pendapat dan kesepakatan, terbuka, memberi dan menerima informasi, fokus pada Bentang Alam (bukan hanya areal konsesi) sebagai daya dukung lingkungan dan sosial dan menerapkan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan bentang alam tersebut.
USAID melalui Program LESTARI berkomitmen mengajak banyak para pihak untuk berpikir bersama dalam merencanakan pengelolaan bentang alam berkelanjutan khususnya di Kabupaten Boven Digoel dan secara umum di Propinsi Papua. (YR)