Medan, Mediaperkebunan.id
Pemupukan pada kelapa sawit sangat menentukan produksi. Tantangan bagi pekebun sekarang adalah harga pupuk yang semakin meningkat, padahal biaya pupuk 40% dari total biaya pemeliharaan TBM, sedang pada TM 70%. Adhari Qurby, Agronomist Socfin Indonesia menyatakan hal ini pada webinar seri 5( terakhir) Socfindo Menyapa Petani Sawit “Pastikan yang Anda Tanam Bibit Unggul” yang diselenggarakan Media Perkebunan bekerjasama dengan PT Socfin Indonesia.
“Walau bagaimanapun juga tanaman kelapa sawit harus tetap dipupuk. Harus melakukan efisiensi dan efektifitas pemupukan yaitu dengan 5T (tepat jenis, tepat dosis, tepat tempat, tepat cara dan tepat waktu). 5T bisa dicapai kalau akses ke tanaman bagus. Kalau akses jelak maka 5T tidak akan pernah bisa dilaksanakan. Jadi kalau budget terbatas hal yang pertama kali harus dilakukan adalah memperbaiki akses,” kata Adhari.
Penerapan manajemen pemupukan sehingga terjadi efisiensi adalah dengan dosis rekomendasi yang tepat (cukup sesuai kebutuhan dan tidak berlebih); aplikasi tepat sasaran (pastikan pupuk sampai ke setiap pohon sesuai dosis rekomendasi); antisipai kehilangan pupuk (mengatur waktu pemupukan, cara penaburan dan pengawasan yang tepat); organisasi kerja (efisien dalam penggunaan tenaga kerja dan alat transport, pengawasan terhadap mutu pekerjaan).
Pemupukan dilakukan pada bulan-bulan dimana ada cukup hujan tetapi tidak pada musim hujan besar. Pada musim hujan pemupukan dihentikan jika terdapat 1 hari dengan curah hujan ≥ 50 mm, dilanjutkan jika curah hujan rendah.
Pada musim kering pemupukan urea dihentikan jika 3 hari berturut-turut tidak ada hujan; pemupukan KCl, Kiserite, pupuk mikro dihentikan jika 7 hari berturut-turut tidak ada hujan; RP dan Dolomite dapat terus diaplikasikan karena tidak ada risiko penguapan. Pemupukan dapat dilanjutkan bila dalam kurun waktu 1 minggu terdapat 1 hari hujan dengan curah hujan minimal 50 mm atau 2 hari hujan dengan curah hujan 25 mm. Juga berdasarkan pengamatan di lapangan dengan kondisi tanah yang lembab.
Antisipasi kehilangan pupuk dengan mengatur waktu pemupukan, cara penaburan dan pengawasan yang tepat. “Apalagi sekarang harga pupuk mahal. Kalau kebun luas pengawasan harus benar-benar dilaksanakan. Kalau tidak , diaplikasi pagi siang sudah hilang dicuri,” kata Adhari.
Socfindo untuk pupuk majemuk diaplikasikan 3 kali setahun yaitu aplikasi I Januari- Pebruari, aplikasi II April-Mei, aplikasi III Agustus-pertengahan September. Sedang pupuk tunggal diaplikasikan 2 kali yaitu Januari-Maret dan Juli – September. Periode pengambilan contoh daun dilakukan Mei sampai pertengahan Juni. Hasil analiasa daun keluar Juli. Kunjungan lapangan awal September, rekomendasi pupuk sementara pertengahan September , rekomendasi pupuk definitif November dan langsung diadakan tender pupuk.
Manajemen pemupukan untuk lahan luas dilakukan penguntilan/pembungkusan pupuk untuk memudahkan penaburan dan antisipasi kehilangan karena tercecer atau dicuri. Berat untilan dibuat 5-15 kg disesuaikan dengan dosis dan dan jumlah pohon dalam barisan.
Untuk transportasi pupuk ke lapangan kebutuhan alat dihitung seefisien mungkin, pupuk harus diusahakan sampai di lapangan pukul 7.00. Penggunaan tenaga kerja yang efisien 1,4-2,2 HB/ton terdiri menguntil pupuk 0,4-0,5 HB dan menabur pupuk 1-1,7 HB/ton tergantung dosis pupuk.
Aplikasi harus tepat sasaran untuk memastikan pupuk sampai ke setiap pohon sesuai dosis rekomendasi. Pada tanaman belum menghasilkan merata dalam piringan 20-50 cm dari pangkal tanaman sampai batas piringan. Sedang untuk TM urea, NPK, KCl, Dolomit, Kieserit, Rock Phospate dan TSP di luar piringan, sedang borax, CuSO4 dan ZnSO4 dalam piringan.