Manado, mediaperkebunan.id – Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian (Kementan) melepas ekspor komoditas pertanian yakni rempah pala biji, cengkeh, kelapa parut, minyak kelapa, santan kelapa dan bunga pala sebanyak 3.766 ton ke Jerman, Cina, India, Singapura, Vietnam, Jepang dan Turki. Pelepasan ekspor ini bertujuan juga untuk inspeksi langsung kesiapan ekspor tersebut.
“Semua komoditas ini telah melewati serangkaian tindakan karantina pertanian untuk memenuhi persyaratan negara tujuan,” tegas Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo saat melakukan kunjungan kerja dan penyerahan sertifikat kesehatan karantina pertanian di Komplek Kantor Badan Penelitian Tanaman Palma (BALITPALMA), Minahasa Utara.
Lebih lanjut, Syahrul mengungkapkan, komoditas unggulan ekspor asal Sulut senilai Rp. 62,1 milyar ini telah dipastikan sehat dan aman. Sekaligus pula memenuhi persyaratan sanitari dan fitosanitari (SPS Measures) sesuai aturan dari 7 negara tujuan tersebut.
Kebijakan hambatan tarif tidak lagi populer di perdagangan global saat ini dan berganti dengan kebijakan hambatan teknis dalam perdagangan atau technical barrier to trade (TBT, red), yakni hambatan yang diakibatkan oleh hal-hal teknis seperti kualitas produk, pengepakan, penandaan, dan persyaratan keamanan pangan.
“Oleh karenanya pemenuhan persyaratan sanitari dan fitosanitari atau SPS Measure pada produk pertanian yang diperdagangkan menjadi sangat penting. Barantan selaku otoritas karantina memiliki peran strategis untuk menjamin kesehatan dan keamanan produk pertanian tanah air mampu bersaing,” jelas Syahrul.
Disisi lain, Syahrul menyebutkan selain protokol, Badan Karantian Pertanian (Barantan) juga mendorong proses integrasi layanan digital berupa layanan sertifikat digital atau e-Cert ke berbagai negara. Sertifkat dikirim secara elektronik dahulu, setelah disetujui barang dikirim sehingga pasti diterimanya tidak ada lagi penolakan atau re-ekspor.
“Saat ini baru empat negara, Australia, New Zealand, Vietnam dan Belanda. Saya minta kalau bisa seluruh negara, ini targetnya,” tegas Syahrul.
Alhasil, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data bahwa, ekspor komoditas pertanian pada bulan Desember 2019 naik 24,35 persen. Hal ini disebabkan meningkatnya ekspor perkebunan seperti kelapa sawit, kopi, kakao, karet, lada, rempah-rempah dan lainnya.
“Jadi sektor pertanian tercatat menyumbang angka cukup besar selama periode Desember, yakni USD 370 juta atau naik sebesar 24,35 persen,” ujar Kepala BPS, Suhariyanto.
Melihat data tersebut, Dirjen Perkebunan, Kementerian Pertanian, Kasdi Subagyo, mengakui kinerja ekspor produk pertanian Indonesia diantaranya kinerja produksi perkebunan.
Kendati demikian, sektor pertanian juga perlu beradaptasi dengan teknologi 4.0 untuk menjawab tantangan ke depan. Pasalnya, pertanian tak mungkin bisa mencukupi kebutuhan penduduk yang terus bertambah tanpa teknologi. YIN