Peluang pengembangan bisnis kopi di Indonesia terbuka sangat lebar. Namun masalahnya produksi kopi nasional setiap tahun semakin menurun.
Ketua Umum Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia, Irfan Anwar mengakui bahwa saat ini memang perintaan akan biji kopi terus meningkat meski komoditas lain mengalami penurunan permintaan. Karena itu semangat untuk mendongkrak bisnis kopi di Indonesia harus ditingkatkan kembali.
Sejak tahun 2012 produksi dan ekspor kopi nasional semakin menurun. Tahun 2013 produksi kopi nasional mencapai 740.000 ton sedang ekspor 520.000 ton. Sedang tahun 2014 produksi turun jadi 711.000 ton demikian juga ekspor hanya 380.000 ton.
“Padahal konsumsi kopi di dalam negeri dan permintaan pasar internasional semakin meningkat. Tahun 2013 konsumsi kopi nasional mencapai 4.042.000 bag (1 bag sama dengan 60 kg). Tahun 2014 naik menjadi 4.167.000 bag,” jelas Irfan.
Namun, Irfan mengakui, saat ini pengusaha di Indonesia juga kedatangan pesaing baru yaitu Vietnam. Karena sama-sama anggota ASEAN persaingan menjadi semakin ketat dalam MEA. Kopi Vietnam saat ini merupakan pesaing utama Indonesia. Saat ini eksportir kopi terbesar adalah Brasil, Vietnam, Kolombia dan Indonesia.
Pranoto Sunoto, Ketua Kompartemen Industri AEKI menyatakan saat ini kopi Indonesia seperti terjajah oleh LSM. Untuk memenuhi permintaan ekspor, negara tujuan importir minta berbagai jenis sertifikat seperti organic, UTZ, rain forest alliance, C4 dan lain-lain.
Sertifikat-sertifikat itu semuanya dikeluarkan oleh LSM dari luar negeri. “Sebenar sertifikasi ini bagus. Ada Standard Operational Procedure yang harus dipatuhi seperti pestisida apa saja yang tidak boleh digunakan. Kebiasaan buruk seperti membuang tutup botol pestisida tidak bisa dilakukan lagi,” pungkas Irfan. S