Lampung Tengah, Mediaperkebunan.id
Abdul Simanjuntak merantau dari Tapanuli untuk sekolah ke Jakarta. Setelah selesai SMA dan sempat bekerja diajak ke Lampung Tengah. Menjadi petani padi, ubi kayu dan lain-lain dijalani. “Saya mengerti susahnya menjadi petani. Tahun 70-80an infrastruktur belum terlalu bagus sehingga pemasaran menjadii masalah,” kata Abdul.
Dengan keuletan usahanya Abdul berhasil memperluas lahan pertanian yang dimiliki. Tahun 1990 Abdul menjadi Ketua KUD melakukan kemitraan dengan PTPN VII menanam kelapa sawit. “Saya yang pertama kali melakukan kemitraan dengan pola bukan inti plasma. PTPN VII memberikan bibit dan pupuk dengan pembayaran melalui pemotongan penjualan TBS. Setelah 10 tahun kredit lunas,” katanya.
Kelapa sawit menurut Abdul yang telah mensejahterakan dirinya. Anak-anaknya bisa lulus menjadi sarjana dari universitas negeri dan bekerja di instansi pemerintah. “Saya bangga menjadi petani kelapa sawit. Saya mencintai kelapa sawit. Kelapa sawit mensejahterakan kami. Anak-anak saya juga sangat bangga menjadi anak petani kelapa sawit,” katanya.
Salah satu anaknya mengikuti jejak Abdul dengan mengelola kebun kelapa sawit keluar di Mesuji juga membuat loading ramp. Saat ini kebun kelapa sawit Mesuji mencapai 40 Ha.
Setelah lunas kemitraan dengan PTPN VII tidak diteruskan. Pada saat bersamaan banyak PKS baru tanpa kebun di Lampung Tengah. Petani anggota KUD tidak lagi menjual TBS ke koperasi tetapi menjual ke loading ramp pemegang DO pabrik-pabrik baru sehingga KUD mati.
Tahun 2018 harga TBS rendah sekali hanya Rp700/kg sehingga usaha tani kelapa sawit rugi. Pada saat bersamaan Gunung Madu memperluas penanaman tebu dengan menyediakan permodalan, bibit dan pupuk bagi siapa saja petani yang mau menaman tebu. Petani hanya menyediakan lahan dan tenaga kerja.
Dengan tawaran yang sangat menarik ini Abdul menebang semua kelapa sawit seluas 20 Ha di Lampung Tengah yang masih berumur 15 tahun dan ditanami tebu. Saat ini Abdul masih menjadi petani tebu dengan juga petani kelapa sawit.
Abdul juga beternak sapi dengan sistim gadu yang diberikan pada petani sekitarnya. Saat ini populasi berkembang sekitar 30 ekor. Adanya PSR Abdul ingin kembali menanam lahan tebunya dengan kelapa sawit. Tetapi karena sudah menjadi lahan tebu dan sisa tegakan sawitnya hanya sedikit tidak memenuhi syarat mendapat dana PSR.
“Lampung dengan infrastruktur yang bagus membuat lahan pertanian menjadi mahal. Karena itu petani menanam tanaman yang paling menguntungkan. Jika tanaman itu sudah tidak menguntungkan maka akan diganti tanaman lain,” katanya.
Saat ini harga TBS sedang turun. Meskipun rendah petani masih ada keuntungan sedikit saja. Tetapi kalau terus berlanjut dan harga tidak naik maka besar kemungkinan akan banyak petani menebang kelapa sawitnya.
“Kita punya banyak pilihan. Menanam apa saja pasti ada pasarnya. Tidak usah ke mana-mana pedagang datang sendiri. Ada yang menanam pepaya 10 Ha setiap hari panen daunnya dan bisa kaya dari situ. Menanam singkong baru mau panen pedagang sudah ngantri membeli dengan harga Rp1.700/kg. Biaya produksi singkong hanya Rp700/kg slslMenanam nangka buah masih muda suda ada pedagang yang ambil Itu keunggulan Lampung karena dekat Jakarta. Semua hasil pertanian disini dibawa ke Jakarta,” kata Abdul lagi.