Inisiatif Dagang Hijau (IDH) adalah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) tetapi tidak bergerak dalam bidang advokasi atau kampanye, melainkan berusaha mencari solusi mengatasi masalah petani. “Bila ada masalah di satu komoditas dan daerah, kita datang menawarkan kerjasama dengan pemerintah dan swasta. Bila ada kesepakatan maka 30% biaya dari kami sedang 70% berasal dari swasta,” kata Fitrian Adriansyah, Executive Chairman & Founder IDH.
Untuk perkebunan IDH sudah masuk dalam kerjasama pada komoditas kelapa sawit, rempah-rempah, kopi dan kakao. Indonesia harus bangga dengan perkebunan karena terbukti sebagai penghasil devisa. Meskipun sekarang kecenderungannya stagnan bahkan agak turun, kecuali sawit yang masih memimpin.
Bukan berarti tidak ada masalah dengan kelapa sawit. Hasil penelitian dan pengembangan berupa benih unggul terbaik seharusnya bisa diakses dengan mudah oleh petani. IDH saat ini ada proyek peningkatan produktivitas petani di Aceh Tamiang. Produktivitas mereka dibanding petani Sumatera Utara masih jauh dibawah karena kendala akses benih tadi.
Semua permasalahan ini berusaha diatasi bersama. Masalah lain petani adalah akses ke pembiayaan dan sarana produksi yaitu pupuk. IDH bersama mitranya berusaha membuat satu paket pembiayaan, pupuk dan benih untuk petani sawit.
Contoh bagus adalah gernas kakao dimana pemerintah memberi bantuan paket pupuk yang dirancang khusus untuk kakao dan sesuai dengan daerah setempat. Kalau tidak mendapat bantuan ini petani akan mengambil pupuk dari pasar yang belum tentu cocok untuk kakao.
Khusus untuk sawit yang digandeng adalah Pupuk Kaltim. Dengan teknologi satelit yang dimilikinya, Pupuk Kaltim bisa membuat pupuk khusus sawit yang sesuai dengan kondisi lahan petani.
Perkebunan selain sawit, mayoritas dimiliki petani. Ini merupakan tantangan sekaligus peluang bagaimana menerapkan Good Agricultural Practises bagi petani. Masalahnya sekarang penyuluh perkebunan sangat kurang bahkan boleh dikatakan tidak ada.
Dalam menyiasati ini khusus untuk kelapa sawit IDH menjalin kerjasama dengan perusahaan perkebunan dan LSM, yaitu membuat agronomis-agronomis di perusahaan menjadi penyuluh bagi petani. Di sinilah peran penting kemitraan antara perusahaan, LSM dan pemerintah.
Masalah legalitas adalah masalah utama yang dialami petani perkebunan terutama petani kelapa sawit. Banyak petani yang sudah menanam 10-15 tahun tetapi tidak punya akses ke pembiayaan karena lahannya tidak bersertifikat sehingga tidak bisa jadi agunan.
IDH punya proyek di Tanjung Jabung Jambi bekerjasama dengan Sinar Mas, Setara, pemda melakukan terobosan dengan menjemput bola datang ke petani untuk melakukan sertifikasi. Program ini bisa dipadukan dengan Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap dari Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional untuk diterapkan secara nasional untuk kebun sawit rakyat. Sertifikasi tanah bisa dipercepat terutama di daerah-daerah yang selama ini sulit dijangkau.