Nusa Dua, Bali – Permintaan pasar ekspor atas produk CPO (minyak sawit mentah) dan turunannya dari Indonesia masih terbuka lebar. Selain pasar tradisional seperti India, China, dan Uni Eropa, Rusia dan sejumlah negara Eropa Timur merupakan pasar potensial yang belum tergarap maksimal.
Kanya Lakshmi Sidarta, Bendahara Umum GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawiit Indonesia), mengatakan hingga akhir tahun 2016 jumlah ekspor minyak sawit dari Indonesia ke Rusia baru sekitar 700 ribu ton. “Padahal jika digarap serius, potensi permintaannya lebih dari 1 juta ton. Itu baru dari Rusia, belum negara-negara lain di Eropa Timur,” kata Lakshmi.
Pertengahan tahun ini, Lakshmi dan sejumlah pengurus pusat GAPKI bersama wakil dari pemerintah, berkunjung ke Moscow untuk bertemu dengan wakil pemerintah dan pengusaha dari Negeri Beruang Merah tersebut. Pada pertemuan tersebut, dibahas berbagai peluang usaha serta upaya membuka pasar Rusia lebih besar bagi produk CPO maupun produk olahan minyak sawit dari Indonesia.
“Mereka sangat antusias untuk membeli lebih banyak minyak sawit kita,” kata Lakshmi yang saat ini sebagai advisor for palm oil business Tiga Pilar Sejahtera Group dan pernah menjabat sebagai Direktur Independen PT Golden Plantations Tbk.
Kata Lakshmi, prospek pasar Rusia menarik dan peluang masih cukup besar. Menurut data statistik , tren volume ekspor minyak sawit dari ke negara bekas Uni Soviet itu terus meningkat. Tahun 2012, volumenya 356 ribu ton dan meningkat menjadi 570 ribu ton pada 2014 dan 657 ribu ton tahun 2015. Tahun ini, total volume ekspor minyak sawit Indonesia ke Rusia akan melampaui 700 ribu ton.
“Jika minyak sawit Indonesia terus dikenalkan ke sana dan digarap lebih serius, angka lebih dari 1 juta ton CPO bisa masuk ke Rusia,” kata Lakshmi yang pernah menjabat sebagai Senior Vice President PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk tersebut.
Melihat potensi pasar yang besar tersebut dan untuk melihat bagaimana persepsi masyarakat Eropa (termasuk Eropa Timur) terkait minyak sawit Indonesia, untuk kali pertama, penyelenggaraan konferensi minyak sawit terbesar di dunia Indonesian Palm Oil Conference (IPOC), mendatangkan pembicara dari Rusia. Dalam IPOC ke-12 di Nusa Dua Bali, 23-25 November 2016, hadir Prof Oleg S. Medvedev dari Lomonosov Moscow State University yang berbicara mengenai isu kesehatan minyak sawit di masyarakat Eropa.
12th Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) and 2017 Price Outlook dibuka hari ini. Agenda diawali dengan golf turnamen oleh para peserta konferensi dan ditutup dengan kegiatan welcome cocktail di Westin Resort Nusa Dua, Bali. Konferensi akan berlangsung selama dua hari, Kamis dan Jumat (24-25 November 2016). Tiga menteri dipastikan hadir dalam IPOC tahun ini: Menteri Pertanian Amran Sulaiman yang akan menyampaikan sambutan Presiden Joko Widodo di depan 2 ribu peserta konferensi, Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR) Sofyan Djalil, dan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita. Sejumlah pejabat pemerintah dan gubernur juga ikut hadir dalam konferensi ini.
Sementara itu, para pembicara yang akan tampil antara lain Prof Dr Iwan Jaya Aziz (Cornell University), Dr Risa Bhinekawati (ahli sustainability dari Australian National University), Dirut BPDP (Badan Pengelola Dana Perkebunan) Sawit Bayu Krisnamurthi, dan Dr Puspo Edi Girinowo (IPB). Selain itu, sejumlah pakar komoditas yang akan menjadi pembicara antara lain James Fry (Chairman LMC International, Inggris), Dorab Mistry (Godrej International, India), BV Mehta (Direktur Eksekutif Solvent Exractors Association of India), dan sejumlah pakar internasional lainnya. YIN