2016, 16 Desember
Share berita:

Harga karet saat ini sudah mulai merangkak naik dimana sampai 15 Desember 2015 sudah sampai USD2,13/kg. “Saat ini petani yang tadinya menjerit sudah mulai tersenyum, meskipun masih senyum kecut. Harga kompromi yang ideal adalah USD2,5-3/kg. Dengan harga ini produsen untung konsumen tidak berat,”kata Direktur Pusat Penelitian Karet Indonesia, Karyudi.
Salah satu cara mendongkrak harga karet di dalam negeri adalah dengan lebih banyak lagi menyerap karet untuk industri. Salah satunya adalah aspal karet. “Berbicara aspal karet jangan hanya untuk Indonesia saja karena kebutuhanya hanya 60.000 ton karet/tahun. Pasar ekspor yang dituju sebab negara-negara sub tropis tidak punya karet tetapi perlu juga menggunakan aspal karet,” katanya.
Nilai jual dari aspal karet ini adalah polimer hijau dan sangat cocok dengan trend dunia yang lebih menghargai lingkungan. “Ini polimer yang berasal dari pohon jadi termasuk green produk, green polimer ini jadi nilai jual lebih,” katanya.
Teknologi aspal karet yang sepenuhnya dihasilkan oleh Pusat Penelitian Karet sudah diujicobakan di Lido sepanjang 5 km bekerjasama dengan Pusat Penelitian Jalan, Balitbang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Uji coba berlangsung dua musim yaitu musim hujan dan kemarau. Sampai saat ini hasilnya positif.
Karet untuk campuran aspal ini berasal dari lateks yang diproses oleh Puslit Karet sehingga bisa cepat dan mudah larut dalam aspal. Kandungan aspal hanya 5-7% saja. “Tanpa proses teknologi kami, lateks ini akan sulit bercampur dengan aspal dan menggumpal,” katanya.
Sedang karet untuk campuran aspal yang berasal dari crumb rubber saat ini sedang dipersiapkan produksinya. Puslit Karet baru mendapat hibah alat pengolah dari Kementerian Perindustrian. . “Tanpa diolah dulu maka crumb rubber ini tidak akan bisa bercampur dengan karet. Teknologi pengolahannya juga berasal dari Puslit Karet,” katanya.
Apapun juga bahan bakunya baik lateks maupun crumb rubber kalau sudah digunakan secara luas maka akan mendongkrak harga dan petani sebagai produsen utama karet akan diuntungkan. “Penggunaanya harus didorong. Apalagi ini teknologi yang benar-benar kita buat sendiri,” katanya.

Baca Juga:  OPLAH Harus Diperhatikan untuk Tingkatkan Produksi Padi di Kalteng