Kampar, Mediaperkebunan.id
Produsen kecambah sawit PT Palma Inti Lestari saat ini merupakan waralaba varietas PPKS (Pusat Penelitian Kelapa Sawit), varietas D X P Simalungun. Dengan DxP Simalungun yang sudah punya nama maka aspek pemasaran menjadi lebih mudah. Saat ini kapasitas produksi Palma Inti Lestari 3,2 juta butir. Reza Indriadi, Direktur PT Palma Inti Lestari menyatakan hal ini.
“Menjadi waralaba varietas merupakan strategi pada manajemen untuk bisnis kecambah. Membuat varietas baru butuh biaya dan waktu yang lama setelah itu belum tentu lolos di sidang pelepasan varietas. Kalau manajemen sudah happy dalam bisnis ini maka kita akan mudah dalam mengajukan dana. Tetapi disisi lain PPKS ini paling banyak dipalsukan sehingga sering mendapat komplain,” katanya.
Visi misi Palma Inti Lestari adalah melakukan edukasi pada petani supaya mereka mengerti sawit. Jauh sebelum menjadi produsen benih, sejak tahun 2012-2013 Reza sudah biasa melakukan pembinaan petani.
“Jadi sekarang kita sudah memetik buahnya. Sekarang banyak KUD yang mau melakukan PSR minta kita bina. Bagi KUD yang kita bina syaratnya harus serius mau membangun kebun. Meskipun bukan plasma perusahaan induk Palma Inti Lestari, KUD itu seperti anak angkat yang kita bina semuanya,” kata Reza.
Pembinaan bukan hanya masalah teknis saja tetapi hal yang sangat penting dari KUD adalah administrasi dan keuangannya. Sampai pada penyusunan RAB untuk PSR , Reza juga ikut terlibat dan mengarahkan supaya KUD bisa bankable , karena PSR membutuhkan dana perbankan sebagai pendamping dana hibah BPDPKS.
Sejak jaman revitalisasi perkebunan, perusahaan induk Palma Inti Lestari sudah terlibat membina petani. Jadi sekarang menyambung pembinaan jaman dulu. Tetapi tidak semua permintaan KUD bisa dipenuhi.
“KUD yang kita bina syaratnya harus serius mau membangun kebun. Setelah itu anak mudanya harus terlibat. Pembinaan KUD harus melibatkan anak-anak muda yang bisa beradaptasi dengan kemajuan. KUD harus masuk dalam sistim korporasi dan dibutuhkan anak-anak muda yang bisa diajak maju,” kata Reza lagi.
Meskipun Palma Inti Lestari merupakan perusahaan benih tetapi hubungan dengan KUD tidak sekedar urusan benih atau menjual benih, tetapi seperti “penasihat spritual” apapun juga soal perkebunan kelapa sawit.”PSR pertama dengan KUD Mulus Rahayu kita juga terlibat menyambungkan dengan Bank Syariah Mandiri. Hingga saya minta orang BSM belajar sawit untuk beberapa hari dikebun. Sampai mencarikan offtaker hasil juga kita yang bantu,” katanya.
Petani yang dibina oleh Palma Inti Lestari adalah petani eks plama PTPN. Selain itu petani swadaya dengan lahan 5-6 ha. “Tetapi petani swadaya dengan lahan luas 20an ha kita tidak masuk. Petani jenis ini merupakan petani paling sombong di dunia. Saya lebih suka menyebut mereka tauke bukan petani. Mereka tidak suka bekerjasama, ngumpulin mereka susah,” katanya.
Saat ini selain untuk group sendiri, Palma Inti Lestari, hampir semua kecambahnya digunakan oleh petani. Selain sebagai produsen kecambah, Palma Inti Lestari juga menangkarkan kecambah sampai siap tanam untuk petani.
Masalahnya sekarang untuk PSR, saat ini penangkar baru banyak bermuculan dengan kualifikasi teknis tidak jelas. Mereka lebih suka menitipkan ke orang-orang pemda untuk ambil bagian dalam PSR sehingga akan menimbulkan masalah.
,