2018, 30 April
Share berita:

Sustainable (keberlanjutan) bukan hanya untuk kelapa sawit. Kedepan semua komoditas akan mengarah ke sana. Sekarang yang sudah mulai bergerak adalah karet dengan sustainable rubber inisiative. Agung Prawoto, Direktur Biocert Indonesia menyatakan hal ini. Biocert sendiri sudah ditunjuk untuk melakukan pelatihan inisiatif ini dengan proyek di Kalbar.

Dasarnya adalah permintaan karet yang setiap tahun terus bertambah, tahun 2023 diperkirakan bisa defisit. Sementara produktivitas karet terbatas, sulit dinaikkan secara drastis. “Isunya persis sawit. Peningkatan produksi diperkirakan akan ditempuh dengan cara perluasan lahan. Akibatnya hutan dibuka untuk karet sehingga terjadi deforestasi. Sementara karet sintetis tidak bisa menggantikan fungsi karet alam untuk beberapa produk seperti ban dan alat kesehatan,” katanya.

Beberapa industri ban yang kuatir dengan hal ini membentuk konsorsium bagaimana memproduksi karet berkelanjutan (sustainable rubber inisiative). Anggota konsorsium terdiri dari Michelin, Bridgestone, Goodyear, Dunlop, Continental, Pirelli, Hankook, Coopertyres, Nokian Tyres, Apollo, Vredestein, Marangoni, Mitas dan Treeleborg.

Pabrik ban membentuk karena permintaan dari pabrik otomatif. Pabrik otomotif membentuk konsorsium khusus untuk rubber sustainable yang disebut drive sustainability. Anggota konsorsium adalah GM, Toyota, BMW, Honda, Volvo, Jaguar, Land Rover, Mercedes Benz, VW dan Scania.

Di Indonesia yang ditunjuk uji coba melaksanakan rubber sustainable ini adalah WWF yang mendapat dukungan dana dari Honda. Ada juga yang mendapat dukungan dana dari dua produsen otomotif Jerman yaitu Mercedes Benz dan BMW.

Baca Juga:  Emisi Karbon Eropa dan Resolusi Sawit