Jakarta, Mediaperkebunan.id
Sistim Manajemen Gulma Spesifik Lokasi berpotensi secara signifikan meningkatkan efisiensi pengendalian gulma pada perkebunan kelapa sawit. Dengan sistim ini maka yang jadi target pengedalian adalah hanya gulma di lokasi yang sudah ditetapkan. Dr Askif Pasaribu, trainer P3PI dari UPL Chemical menyatakan hal ini pada training on line Perkumpulan Praktisi Profesional Perkebunan Indonesia (P3PI) “Pengendalian Gulma Dengan Biaya Rendah”.
Empat prinsip komponen Sistim Manajemen Gulma Spesifik Lokasi adalah melakukan identifikasi gulma di lokasi yang jadi target; menentukan cara yang paling tepat mengendalikan gulma tersebut; melakukan pengendalian; mendokumentasikan lokasi gulma dan cara pengendaliannya.
Sebelum bisa melangkan ke Sistim Manajemen Gulma Speisifik Lokasi maka dilakukan penilaian situasi gulma secara tepat untuk mendapatkan manajemen gulma yang efisien. Setelah itu pilih herbisida yang tepat dengan memperhatikan lingkungan, juga metode aplikasi yang benar.
Askif menekankan manajemen gulma beda dengan pengendalian gulma. Pengendalian gulma adalah proses mengurangi pertumbuhan gulma dan populasinya sampai pada tingkat yang tidak membahayakan tanaman pokok. Sedang manajemen gulma adalah bagian dari sistim pertanian berwawasan lingkungan yang menggunakan semua pengetahuan dan alat yang ada untuk menghasilkan tanaman yang secara ekonomi tidak terganggu dengan kompetisi gulma.
Standar MPOB biaya pengendalian gulma untuk piringan dan pasar pikul/pasar panen adalah 9,87%, sedang gulma diluar areal itu 7,19% dari biaya budidaya. Manajemen gulma berkaitan dengan efisiensi penggunaan herbisida dengan faktor penentunya gulma, herbisida, lingkungan dan aplikasi.
Dimulai dengan penilaian status gulma dengan mencatat spesies gulma apa saja dan populasinya. Survei secara umum dulu dengan pengamatan visual, kemudian membuat plot sampling ukuran 0,25- 1 m persegi. Catat spesies apa saja dan populasinya, menjadi data dasar dalam program manajemen gulma.
Identifikasi spesies gulma berdasarkan spesises/tipe seperti gulma rumput yang lebih mudah dikendalikan dibanding tanaman berkayu; tanaman semusim lebih mudah dikendalikan dibanding tanaman tahunan; lapisan lilin, kutikula dan rambut pada daun akan mengurangi dan menghalangi penyerapan herbisida; arsitektur daun.
Fase pertumbuhan/waktu gulma yang baru tumbuh lebih mudah dikendalikan dibanding yang tua; fase pertumbuhan lanjutan membuat pengendalian semakin sulit; waktu pengengedalian yang paling tepat terutama gulma yang sulit dikendalikan adalah pada waktu translokasi hasil fotosintesis dari daun ke akar, aplikasi dilakukan mulai dari daun; pastikan gulma masih hijau dan sedang bertumbuh sehingga translokasi masih aktif.
Berdasarkan aktifitas/stres seperti berkurangnya kemampuan herbisida sistemik dari sumber ke sasaran; pada beberapa jenis gulma kutikula akan menebal ketika panas dan kering; gulma yang stres lebih sulit dikendalikan daripada yang sehat; tidak adanya metabolime dalam gulma menyebabkan tidak ada transportasi bisanya dalam kondisi panas, beku, genangan air, terkena penyakit, tertutup tanaman lain; penambahan amonium sulfat, pelembab dan minyak akan meningkatkan kemampuan pengendaliah gulma yang stres sampai 10-20%.
Berdasarkan resistensi dilakukan dengan mengidentifikasi gulma yang resisten, kumpulkan informasi gulma mana saja yang terduga resisten. Berdasarkan International Herbicede Resistent Weed Database 2022 pada kelapa sawit di Indonesia Eleusine Indica sejak tahun 2012 resisten terhadap parakuat dan glifosat.