Jakarta, Mediaperkebunan.id
Asosiasi petani kelapa sawit saat ini bermunculan. Bahkan pengurusnya, terutama Ketua dan Sekjen sudah seperti selebritis tampil dimana-mana seperti mewakili petani. Chanel medsos juga menjadi penuh dengan aspirasi pengurus asosiasi petani kelapa sawit, seperti mencari panggung sendiri. Masalahnya apakah petani diakar rumput merasakan manfaat dari asosiasi petani kelapa sawit.
“Beberapa kali saya bersama asosiasi petani kelapa sawit audensi dengan pemerintah akhirnya jadi malu sendiri ketika ditanya mana anggotanya by name by address. Semuanya hanya memberi data gelondong yang masih mentah. Padahal pemerintah ketika membuat program maka CPCL (Calon Petani Calon Lahan) harus jelas, Kalau asosiasi punya data by name by address akan memudahkan pemerintah dalam melaksanakan programnya,” kata Gamal Nasir, Ketua Dewan Pembina POPSI (Perkumpulan Forum Petani Kelapa Sawit Jaya Indonesia).
Gamal mengapresiasi salah satu anggota POPSI yang punya data lengkap by name by address bahkan sampai data poligon kebunnya yaitu Serikat Petani Kelapa Sawit. Dari semua anggota POPSI soal pendataan petani SPKS adalah yang paling depan. Bahkan ASPEKPIR saja yang anggotanya jelas koperasi-koperasi meskipun dari sisi pendataan relatif mudah karena tinggal mengambil data anggota koperasi, sampai saat ini data by name by address belum ada.
“Saya sudah berkali-kali minta supaya pengurus asosiasi serius melakukan pendataan. Percuma kita ngomong berbusa-busa soal petani kelapa sawit tetapi ketika diminta memberikan data anggota tidak bisa,” katanya.
Asosiasi yang punya data by name by addres membuktikan bahwa organisasi ini bergerak diakar rumput. Kalau bergerak diakar rumput pasti bisa menyerap aspirasi petani yang sebenarnya, bukan aspirasi pribadi pengurusnya. Gamal menyatakan enggan hadir pada acara satu asosasi petani kelapa sawit karena tidak pernah tahu anggotanya yang mana.
Gamal yang mengawali karirnya sebagai PNS pada proyek PIR menyatakan kelapa sawit sejak awal dibudidayakan secara komersial di Indonesia oleh perusahaan perkebunan swasta. Karena itu untuk petani kelapa sawit pemerintah pada masa lalu sudah merancang dalam bentuk kemitraan PIR.
PIR banyak yang berhasil tetapi ada juga yang gagal. Tetapi secara umum PIR bisa dikatakan berhasil dengan banyaknya daerah baru yang terbentuk dan banyaknya petani terutama transmigrasi yang mencapai kesejahteraannya. Petani kelapa sawit swadaya tidak pernah dirancang oleh pemerintah tetapi berkembang sendiri karena daya tarik sawit yang luar biasa, sehingga saat ini jumlahnya menjadi dominan.
Kondisi keterlanjuran petani swadaya dengan segala masalahnya seperti penggunaan benih ilegitim, tidak berlembaga,kebun masuk kawasan hutan, seperti ini bukan berarti semua aturan yang dibuat yang memang dirancang untuk petani kemitraan harus diubah dengan mengikuti petani swadaya.
“Kita kembali ke laptop saja. Sejak awal petani kelapa sawit merupakan bagian dari kemitraan. Kalau sekarang sudah banyak swadaya maka mitrakan saja dengan perusahaan sekitarnya. Memang tidak gampang dan perlu waktu. Tetapi membuat lebih baik memang seperti itu. PIR saja butuh waktu lama untuk menunjukkan kerberhasilannya,” kata Gamal.
Utang Gamal sebagai pimpro PIR yang saat ini belum bisa terwujud adalah pemberian saham PKS pada petani plasma. Ini yang harus diperjuangkan asosiasi petani bukan malah ramai-ramai berhenti bermitra dan jadi petani mandiri.
Karena itu dalam Indonesian Palm Oil Smallholders Conferences & Expo yang kedua tahun 2022 (2nd IPOSC & Expo 2022) yang diselenggarakan POPSI di Sumatera Selatan.bulan November mendatang, Gamal minta kemitraan ini yang diperkuat, bukan dikerdilkan.