Jakarta, mediaperkebunan.id – Tahun 2024 produksi kelapa turun bukan hanya di Indonesia saja tetapi global dan ekspor kelapa bulat meningkat sehingga industri kekurangan bahan baku. Tahun ini produksi naik tetapi belum mampu mencukupi kebutuhan industi. Amrizal Idroes, CoFounder HIPKI (Himpunan Industri Pengolahan Kelapa Indonesia) menyatakan hal ini pada FGD Kelapa yang diselenggarakan KADIN dan APKI.
“Dibalik kesulitan ada berkah. Kekurangan produksi membuat harga produk kelapa dipasar internasional naik. Jadi meskipun volume ekspor turun karena sulitnya bahan baku nila ekspor malah naik,” kata Idroes.
Nilai ekspor CNO sampai Agustus 2025 USD830 juta atau naik 469%, Dessicated Coconut USD197 juta (naik 630%), gula kelapa USD12,7 juta (naik 161%). Hanya santan yang turun 1% jadi USD238 juta.
“Industri tidak kuatir dengan pasar justru masalahnya bahan baku. Ekspor bahan baku juga melonjak nlainya, kelapa segar USD376 juta atau naik 178%, kopra USD21 juta naik 15% dan arang tempurung USD157 juta, naik 35%,” katanya.
EUDR yang dikuatirkan akan menghambat perdagangan sawit, karet, kopi, kakao tidak mengkuatirkan bagi industri kelapa. Kelapa tidak termasuk dalam komoditas yang masuk dalam EUDR, juga kebun kelapa 99% milik rakyat yang sudah ada sejak jaman dulu sehingga tidak mungkin berada dalam Kawasan hutan. Rakyat juga tidak punya kemampuan menebang hutan kemudian membangun kebun kelapa di sana.
Nilai ekspor produk kelapa ke EU adalah CNO USD51 juta, DC USD86 juta, santan USD4,1 juta, gula kelapa USD1,3 juta. “EUDR tidak jadi masalah bagi industry kita. Masalahnya adalah bahan baku yang masih kurang. Ini harus jadi perhatian pemerintah,” katanya.
Harry Hanawi, Ketua Komite Tetap Tanaman Palma, WKU Kadin Perkebunan menyatakan saat ini harga kelapa bulat sedang tinggi sehingga memberikan keuntungan jangka pendek bagi petani. Sisi lain industri dalam negeri terganggu sehingga usahanya bisa tidak berkelanjutan. Kondisi ini tidak seimbang antara petani dan industry.
Petrus Tjandra dari PT Agroinvestama yang memiliki industri pengolahan kelapa minta pemerintah bijaksana dengan memperhatikan kepentingan petani dan pengusaha secara berimbang.
“Sekarang harga kelapa sedang naik tinggi dan ekspor kelapa bulat juga naik. Petani tentu gembira. Pabrik yang kesulitan mendapatkan kelapa sehingga pabrik saya di Lampung berhenti beroperasi. Saya minta pemerintah bijaksana bijaksini menanggapi masalah ini,” katanya.
Petrus bersyukur pemerntah tahun 2025-2027 akan mengembangkan kelapa seluas 221.890 ha. Masalahnya adalah ketersediaan benih unggul. Program untuk meningkatkan produksi dan produktivitas ini harus menggunakan benih unggul. Berdasarkan kapasitas produksi benih unggul kelapa yang ada sekarang tidak akan cukup untuk 221.890 ha. Tidak seperti sawit yang sudah banyak sekali produsen benih swasta kelapa belum ada. Ketersediaan benih unggul harus jadi perhatian utama.
Idroes menyatakan untuk 221.890 ha kebutuhan benih unggul kelapa mencapai 14 juta, sedang kapasitas yang ada hanya 1 juta. Karena itu diusulkan untuk impor benih kelapa. Anggota HPKI juga jika tersedia lahan siap membangun kebun dengan pola inti plasma sekaligus membangun kebun sumber benih.

