JAKARTA, Mediaperkebunan.id – Mondelez International, Inc. berkolaborasi menciptakan pertanian kakao komersial terbesar dan paling berkelanjutan di dunia, yang berlokasi di Indonesia. Proyek ini dibangun berkelanjutan dari OFI, yaitu Cocoa Compass, guna menguji coba berbagai pendekatan yang terukur pada pertanian kakao komersial di masa depan.
Berlokasi di pulau Seram, Maluku, proyek kakao ini menggunakan berbagai inovasi teknologi iklim dan pengetahuan tanaman kakao terbaru, mulai dari pemasangan sensor di lapangan hingga penggunaan sistem irigasi canggih yang jarang digunakan pada penanaman kakao berskala besar.
Model pertanian kakao terbaru ini akan menjadi cetak biru praktik pertanian kakao yang modern dan profesional, penggunaan lahan secara optimal, dan perencanaan komunitas pertanian yang berpotensi untuk dapat direplikasi di berbagai wilayah.
Senior Vice President, Global Supply Chain & Chief Procurement Officer Mondelez International Quentin Roach mengatakan, Mondelez memiliki misi untuk mengolah kakao secara tepat dan memastikan terciptanya pasokan kakao yang berkelanjutan di masa depan sebagai bahan baku yang penting untuk bisnisnya.
“Kami bersemangat untuk berkolaborasi memanfaatkan pengetahuan untuk menciptakan pasokan bahan baku yang berkelanjutan dengan solusi yang disesuaikan per wilayah,” jelas Roach dalam siaran persnya yang diterima Mediaperkebunan.Id, Kamis (22/4).
CEO OFI Cocoa Business Gerard A. Manley menjelaskan, kemitraan ini merupakan terobosan yang tepat untuk mengubah masa depan pertanian kakao di Indonesia. “Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada pemerintah Indonesia dan pemerintah daerah atas dukungan yang diberikan,” ujarnya.
President Director Mondelez Indonesia Prashant Peres menambahkan, program kemitraan ini semakim memperkukuh komitmen Mondelez International untuk terus berinvestasi di Indonesia dan bertumbuh bersama masyarakat Indonesia.
“Kami berharap hadirnya program ini semakin memperkuat momentum untuk mengembangkan teknologi pertanian kakao yang inovatif, efektif, serta ramah lingkungan yang nantinya dapat mendorong berkembangnya sektor kakao yang berkelanjutan di Indonesia,” tutup Prashant. (YR)