Jakarta, mediaperkebunan.id Ada beragam manfaat kelapa sawit yang dapat mendukung kesehatan tubuh, termasuk untuk memiliki tubuh yang sehat secara ideal harus memiliki lemak sebagai sumber energi. Semua lemak dan minyak adalah sumber energi utama dari tubuh kita, lemak juga menyediakan pertahanan penting untuk sel-sel dalam tubuh. Meski baik, tidak semua lemak yang disimpan dalam tubuh berasal dari lemak dalam makanan. Ini juga dapat diproduksi oleh tubuh sendiri dari karbohidrat maupun alkohol.
Dibandingkan dengan lemak dan minyak lainnya, minyak kelapa sawit memiliki lemak jenuh dengan tingkat rata-rata yang standar. Baru-baru ini dilakukan suatu penelitian (Odia et Al 2015) tentang pengaruh penggantian minyak kelapa sawit dengan lemak dan minyak lainnya pada biomarker penyakit jantung yang ditetapkan. Prosenya menghasilkan campuran perubahan penanda penyakit jantung bawaan dan penyakit kardiovaskular yang menguntungkan dan tidak menguntungkan. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil yaitu perubahan menguntungkan yang jelas terjadi ketika minyak kelapa sawit menggantikan kandungan TFA.
“Dengan komposisi seimbang ini, minyak kelapa sawit dinyatakan sebagai minyak goreng nabati yang paling cocok dibandingkan dengan minyak nabati lain, sehingga jika digunakan untuk menggoreng maka stabilitasnya tinggi, tidak mudah tengik, dan menghasilkan produk gorengan awet serta tidak mengandung radikal bebas tinggi,” jelas dr. Hartika Ketty SpKK.
Menurut European Food And Safety Authority, 2010, untuk mencapai diet sehat 25-30% dari asupan energi harian berupa lemak.
Sedangkan menurut Food & Agriculture Organization 2010, 15-35% dari asupan energi harian berupa lemak. “Jadi pada dasarnya lemak sejatinya yang sangat berguna bagi tubuh adalah kolestrol. Kandungan inilah yang berguna untuk membentuk dinding sel, empedu, hormon dan vitamin. Dan orang cenderung lupa, bahwa sebenarnya lemak yang paling sehat adalah yang berasal dari minyak nabati seperti yang terkandung dalam minyak kelapa sawit ini dan bukan hewani, dengan catatan bahwa harus tepat penggunannya dan tidak berlebihan,” pungkas dr. Ketty. (YIN)