2020, 15 Februari
Share berita:

Palembang, Mediaperkebunan.co.id

Saat ini biasakan penyebutan minyak kelapa sawit Indonesia adalah sustainable palm oil. “Palm Oil beda dengan sustainable palm oil. Karena itu kita harus sustainable lewat ISPO baru kita sebut minyak sawit kita sustainable palm oil,” kata Joko Supriyono, Ketua Umum GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia).

Kalau hanya palm oil di Eropa kesannya jelek, yaitu penyebab deforestasi, pembunuh orang utan dan lain-lain. Tetapi kalau sustainable palm oil persepsinya positif. Kampanye NGO yang ingin melakukan phase out minyak sawit harus dilawan dengan sustainable palm oil. Sustainable Palm Oil is solution.

Isu sustainability selama ini selalu digunakan untuk menghambat perdagangan sawit. “ Kita anggap isu ini berlebihan karena dimanfaatkan dan menjelma jadi hambatan perdagangan. Kita harus punya visi yang sama bahwa sustainability adalah keniscayaan. Sustainability adalah global agenda yang akan selalu dibawa sehingga tidak bisa diabaikan tetapi harus dibuktikan dengan implementasi sustainability. ” kata Joko.

Sustainability merupakan keharusan. “Bagi perusahaan dan petani sekarang just do it supaya comply dengan ISPO. Kita harus buktikan diri mengimplementasikan ISPO terlebih dahulu baru mempromosikan sustainability. GAPKI sudah berikrar tahun 2020 semua anggota harus bersertifikat ISPO dan ini adalah utang yang harus dipenuhi,” katanya.

Pemerintah dibawah Presiden Jokowi secara tegas dalam berbagai pertemuan di luar negeri menyatakan sawit penting bagi Indonesia. Setiap ada hambatan perdagangan di manapun Indonesia harus fight menghadapinya, sampai harus menyewa lawyer tebaik.

Baca Juga:  Kementan Ciptakan Varietas Unggul, Bersama UGM dan IPB Dukung Program Kesatria