Minyak goreng sawit, memiliki komposisi asam lemak yang seimbang dan stabil, proses pembuatan tanpa hidrogenisasi serta mengandung vitamin A dan E, sehingga bukan hanya menyehatkan tetapi juga membantu mengatasi berbagai penyakit termasuk kanker. Karena itu tuduhan LSM anti sawit Barat bahwa sawit memicu kanker tidak berdasar fakta ilmiah dan suatu kebohongan besar.
Dalam Bulan Januari 2017 ini, LSM anti sawit di kawasan Eropa kembali melakukan kampanye hitam dengan menuduh minyak sawit berpotensi memicu kanker. Tema kampanye hitam tersebut sudah lama diusung LSM anti sawit, namun sampai saat ini tidak ada bukti emperis yang membuktikannya. Bahkan sebaliknya, banyak riset yang dilakukan oleh para ahli gizi dan kesehatan membuktikan bahwa minyak sawit bukan hanya menyehatkan namun juga memiliki kandungan anti kanker.
Dari riset ahli-ahli gizi, setidaknya ada tiga alasan mengapa minyak goreng sawit disebut sebagai minyak nabati sehat dan anti kanker dibandingkan dengan minyak nabati lain seperti minyak kedelai, minyak bunga matahari, minyak zaitun dan lain-lain.
Pertama, Sebagaimana dikemukakan Giriwono (2016) dari SEAFAST IPB bahwa minyak goreng sawit memiliki komposisi asam lemak yang seimbang yakni 50 persen asam lemak jenuh dan 50 persen asam lemah tak jenuh, sehingga lebih stabil, tidak mudah tengik dan tidak menghasilkan radikal bebas pemicu kanker. Komposisi ideal yang demikian tidak dimiliki minyak nabati lainya seperti minyak kedelai, minyak bunga matahari, minyak zaitun, dimana mengandung dominan (85-90 persen) asam lemak tak jenuh dan tidak stabil.
Kedua, dalam proses pembuatan minyak goreng sawit karena sudah stabil, tidak melakukan proses hidrogenisasi. Sementara dalam proses pembuatan minyak goreng dari kedelai, bunga matahari, rapeseed, zaitun, karena tidak stabil, banyak melakukan proses hidrogenisasi (agar lebih stabil), namun menghasilkan senyawa baru berupa asam lemak trans yang potensial memicu kanker, obesitas, jantung koroner dan alzheimer.
Ketiga, minyak sawit mengandung senyawa anti kanker yang sangat tinggi yakni vitamin A (beta karotine) dan Vitamin E (Slover, 1971, Gunstone, 1986, Palm Oil Human Nutrition,1989). Minyak sawit mengandung vitamin A sekitar 5000-6700 ug per 100 gram, yakni 12 Kali lebih tinggi dari kandungan vitamin A dari Wortel atau 300 kali dari kandungan vitamin A jeruk. Sedangkan kandungan vitamin E minyak sawit sekitar 1172 ppm. Sementara minyak nabati lain jauh lebih rendah yakni kedelai (958 ppm), minyak bunga matahari (546 ppm) dan minyak zaitun (51 ppm). Vitamin A dan E tersebut telah banyak dibuktikan para ahli kesehatan dan gizi yang bermanfaat bagi pencegahan kanker/tumor, pencegahan buta senja, peningkatan daya tahan tubuh, mencegah penyakit jantung dan pembuluh darah dan lain-lain.
Ketiga hal diatas sangatlah jelas bahwa baik dari segi komposisi asam lemak, proses pembuatan dan kandungan vitamin A, dan E, minyak sawit merupakan minyak nabati bukan hanya menyehatkan tetapi juga membantu mengatasi berbagai penyakit termasuk kanker. Sebaliknya minyak nabati lain seperti kedelai, bunga matahari, rapeseed, zaitun justru memiliki potensi memicu kanker dan penyakit lainya karena komposisi asam lemak yang tak seimbang dan tidak stabil, serta proses pembuatanya juga yakni proses hidrogenisasi berpotensi menimbulkan radikal bebas pemicu kanker. Sumber: indonesiakita.or.id/YIN