Dalam 5 tahun terahir kondisi perkelapaan sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Dulu komoditi kelapa dikatakan komoditi sunset dan dibiarkan begitu saja. Tetapi akhir-akhir ini banyak permintaan pasar terutama pasar internasional, sehingga banyak pengusaha berminat membuka perkebunan kelapa.
“Sudah ada 10 pengusaha yang datang ke Balai Penelitian Palma mencari benih untuk membangun perkebunan kelapa sekaligus industri pengolahannya. Selama ini industri pengolahan hanya membeli kelapa butiran atau kopra dari petani tetapi sekarang mereka mau ikut membuka kebun. Hal ini menjadi masalah karena ketersediaan benih terbatas,” kata Hengky Novrianto, Ahli Peneliti Utama Balai Penelitian Palma, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian.
Hengky mempertanyakan kenapa mereka mau membuka perkebunan kelapa sebab masa tunggunya lama, baru berbuah setelah umur 7-8 tahun juga perlu modal besar. Tetapi mereka tetap mau berkebun untuk menjaga pasokan ke pabrik, apalagi produktivitas petani masih rendah, rata-rata 1 ton/ha/tahun padahal hasil penelitian Balit Palma bisa mencapai 3-4 ton/ha.
“Harus dicari cara yang tepat supaya keberadaan perkebunan kelapa ini juga mampu membantu petani sekitarnya. Apakah bisa dengan model inti plasma atau pola lain,” katanya.
Pemicu lainnya adalah iming-iming dari pemda kabupaten. Mereka ingin ada investasi masuk dan mau memberikan lahan secara gratis asal ada yang menanam modal dan membuka lapangan pekerjaan bagi penduduk sekitarnya. “Saya yang melakukan survei di Sigi, Morowali juga beberapa kabupaten di Kalimantan,” katanya.
Di Kalimantan Utara yang lahannya belum disurvei, perusahaan tetap akan menanam kelapa. Bahkan sudah memesan benih dan membibitkan kelapanya.
Hengky minta selain membangun kebun produksi, pengusaha juga membangun kebun induk baik untuk kelapa hibrida maupun kelapa dalam. Kebun benih ini nanti bisa digunakan untuk meremajakan kebun kelapa tua rakyat yang ada disekitar kebun.
Fungsi utama Balit Palma adalah menghasikan breeder seed , kemudian oleh pemda atau perusahaan perkebunan dijadikan kebun induk untuk menghasilkan benih siap salur. Tetapi hal ini tidak berjalan sehingga Balit Palma banyak menerima pesanan benih siap salur.
Karena itu pengusaha diminta membangun kebun benih. Bisa benih kelapa dalam atau genjah unggul, tidak perlu ada persilangan cukup dilakukan seleksi saja sebagai pohon penghasil tinggi. Tetapi kalau ingin membangun kebun hibdrida maka yang ditanam adalah kelapa Genjah Kuning Nias. Untuk poleh bisa membeli atau menanam kelapa Dalam Tenga, Bali dan Palu sebagai sumber polen.
Pemerintah juga sekarang punya program peremajaan dengan membagikan benih kelapa. Bagi Balit Palma yang cocok untuk rakyat adalah kelapa Dalam, karena tidak terbiasa memupuk. Sedang untuk sumber benih sudah dilakukan survei oleh Balit Palma, hampir semua provinsi dan kabupaten punya Blok Penghasil Tinggi. Potensi dari sumber benih lokal ini adalah 5-6 juta benih.