Musi Rawas, Mediaperkebunan.id
Kemitraan bagi KUD Sadar Sejahtera di Kabupaten Musi Rawas Sumsel merupakan harga mati. Sejak awal berbudidaya sawit dan sekarang sudah sejahtera karena bermitra.” Karena itu bagaimanapun majunya KUD, kita akan tetap memilih bermitra dengan perusahaan dan tidak akan mandiri,” kata Arman Fahmi, Ketua KUD Sadar Sejahtera yang baru saja terpilih memimpim KUD untuk kedua kalinya.
KUD Sadar Sejahtera mulai berdiri tahun 2002 sampai sekarang merupakan mitra PT Juanda (Sinar Mas Group) dengan sistim satu atap. Koperasi sekarang berkembang pesat dengan omset Rp4-10 mliar/bulan. Arman sendiri merupakan petani generasi ke 2 meneruskan usaha orang tuanya.
Karena semakin besar dan maju pada suatu titik perusahaan pernah curiga KUD akan lepas dari kemitraan. Apalagi dalam pembaruan kontrak kemitraan ada klausul ke arah mandiri. Juga hasil RAT semuanya mengarah ke mandiri . Tetapi pengurus akhirnya bisa meyakinkan perusahaan bahwa sampai kapanpun mereka tidak akan pernah melepas kemitraan dengan perusahaan.
“Kita saling terbuka dengan perusahaan. Pengalaman lalu kita selalu berhasil melewati krisis ekonomi karena kemitraan yang kuat. Kemitraan merupakan harga mati bagi KUD. Perusahaan diminta punya persepsi sama bahwa kemitraan akan terus berlanjut bahkan semakin mantap,” katanya.
Supaya kemitraan semalin kuat maka dua-duanya harus mapan. Perusahaan sudah mapan maka KUD yang harus meningkatkan diri supaya mapan. Posisi harus sejajar, berdiri sama tinggi duduk sama rendah. Kalau ini terjadi maka tidak ada lagi jual beli kebun plasma.
“Kalau kami tidak lagi bermitra kemungkinan akan hancur. Kita selama ini satu atap dimana kebun ada dalam satu hamparan tanpa batas yang jelas mana milik si A dan si B. Kalau lepas kemitraan pasti terjadi konflik lahan dan hancurlah kita. Preman akan ikut masuk. Tauke sawit senang sebab mereka dapat bisnis. Jadi kalau petani pasti senang dengan kemitraan. Kalau tidak senang dengan kemitraan pasti itu preman dan tauke sawit,” katanya.
Kemitraan yang benar adalah sejajar dan saling percaya antara petani lewat koperasi dengan perusahaan. Konflik sering terjadi karena masalah miskomunikasi. Perusahaan kalau tidak ditanya tidak memberi penjelasan, sedang petani wawasannya kurang sehingga tidak tahu harus bertanya apa. Dari sini timbul miskomunikasi dan terjadilah konflik.