Palembang, Mediaperkebunan.id
Karet alam masih dan akan tetap menjadi komoditas strategis yang secara teknis tidak tergantikan oleh karet sintetis, namun melambatnya pertumbuhan ekonomi global telah menurunkan permintaan dan harga karet alam. Harga karet TSR 20 rata-rata di bulan September 2022 mencapai US$ 1,33, diproyeksi menurun hingga ke US$ 1,23 per Kg hingga September 2023. Demikian rumusan Konferensi Nasional Karet yang diselenggarakan oleh Pusat Penelitian Karet Indonesia.
Harga karet alam kemudian akan meningkat menjadi US $1,5 per Kg pada tahun 2025 dan terus meningkat menjadi US$ 2,5 per Kg pada tahun 2027. Hasil proyeksi menunjukkan akan terjadi defisit produksi pada tahun 2030 yang akan melambungkan harga karet, sehingga produktivitas karet tetap perlu ditingkatkan.
Untuk itu diperlukan dukungan pemerintah dalam hal penyediaan dana untuk akselerasi peremajaan menggunakan klon-klon produksi tinggi tahan penyakit, dukungan kebijakan penguatan industri hilir, dan peningkatan serapan pasar domestik.
Dalam upaya mempertahankan industri karet nasional, GAPKINDO telah mengembangkan inovasi proses dan pengendalian lingkungan industri crumb rubber, menjaga stabilitasi harga global melalui implementasi AETS, perumusan dan implementasi standar mutu karet termasuk SNI 1903: 2017, perumusan SNARPIsebagai standar keberlanjutan industri karet, perumusan konsepsi penggembangan industri hilir karet berbasis keunggulan bahan baku, serta menjalin kerja sama dengan organisasi petani.
Serangan penyakit gugur daun Pestalotiopsis sejak tahun 2016 masih menjadi penyebab utama penurunan produktivitas karet baik di perkebunan rakyat maupun perkebunan swasta/negara, selain faktor lainnya seperti mahalnya biaya produksi, kelangkaan tenaga panen, dan tekanan konversi karet ke komoditas lain yang dianggap lebih menguntungkan. Pengembangan teknologi pengendalian PGD Pestalotiopsis sedang dikembangkan, seperti penggunaan bahan tanam berproduksi tinggi dan tahan terhadap serangan penyakit (IRR 112, IRR 118, IRR 220 dan IRR 230, serta klon-klon lain yang masih dalam tahap seleksi), manajemen budidaya yang baik, pengendalian penyakit secara tepat serta penambahan nutrisi selektif.
Berkembangnya teknologi penginderaan jauh (satelit dengan berbagai resolusi) dan sistem informasi geografis membuat manajemen lahan secara spasial dapat dikelola dengan mudah dan cepat untuk estimasi produksi tanaman, defisiensi hara, serangan hama dan penyakit, kebutuhan air tanaman, dan serangan gulma.
Kelangkaan tenaga penyadap telah menjadi faktor pembatas dalam agribisnis karet. Beberapa upaya untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan cara memodifikasi sistem sadap menjadi intensitas rendah, penyadapan berdasarkan analisis lateks diagnosis, manajemen sistem pengupahan dan pengelolaan tanaman seperti premi sadap, pengaturan upah sadap baku dan borong, penerapan ancak besar, penerapan tap recovery, penyediaan SDM penyadap melalui tapping school, sewa pohon pada TT tua penataan portofolio kebun karet berbasis sumber daya serta mekanisasi alat sadap.
Peningkatan produktivitas lahan perkebunan karet dengan memanfaatkan teknologi tumpangsari menggunakan jarak tanam tunggal sampai ke jarak tanam ganda. Berdasarkan kondisi jarak tanam dan kebutuhan pasar, dapat dilakukan pemilihan komoditas yang tepat untuk dijadikan sebagai tanaman sela.
Pemanfaatan kemajuan teknologi digital menuju sustainable rubber and financial inclusion telah dilakukan seperti pada program TaniYuk yang menjadi wadah sekaligus jembatan penghubung para petani dan industri melalui pelatihan dan pendampingan sehingga petani dapat menghasilkan dan menjual Latex Premium dengan Mudah, Jujur dan Transparan.