Kuala Lumpur, mediaperkebunan.id – Nasib harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) di Indonesia, setidaknya berdasarkan hasil tender yang di gelar oleh PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (KPBN), pun sama dengan yang terjadi di negara jiran sekaligus kompetitor kita, Malaysia.
Menurut pengumuman resmi pihak Kementerian Perladangan dan Komoditas (KPK) seperti yang diperoleh Media Perkebunan, Selasa (7/1/2025) pagi, harga CPO di Malaysia turun sekitar RM 26 per ton atau 0,55 persen dari periode sebelumnya.
Dampaknya tentu saja menimpa para petani sawit setempat. Tandan buah segar (TBS) mereka, menurut pihak KPK Malaysia, mengalami penurunan harga sekitar 0,38 persen hingga 0,40 persen.
Penurunan harga TBS para petani sawit tersebut terjadi serentak di 6 wilayah sentra perkebunan kelapa sawit di Malaysia, yakni di kawasan Utara, Selatan, Tengah, Pantai Timur, Sabah, dan Sarawak.
Harga CPO, TBS, dalam Mata Uang Ringgit Malaysia (RM)
Berikut ini perkembangan harga CPO, TBS, dalam mata uang Ringgit Malaysia (RM) pada perdagangan Senin (6/1/2025) sore yang di umumkan pihak KPK Malaysia:
CPO per ton
RM 4.700, turun RM 26 (- 0,55 persen)
TBS per Kg (1% OER)
Utara RM 52,95 (- RM 0,20 atau 0,38%)
Selatan RM 53,08 (- RM 0,20 atau 0,38%)
Tengah RM 53,44 (- RM 0,20 atau 0,38%)
Pantai Timur RM 52,62 (- RM 0,20 atau 0,38%)
Sabah RM 47,70 (- RM 0,19 atau 0,40%)
Sarawak RM 48,39 (- RM 0,19 atau 0,39%)
Penurunan ini tidak hanya memengaruhi petani kecil, tetapi juga memengaruhi pengusaha perkebunan besar yang mengandalkan produktivitas sawit sebagai sumber pendapatan utama. Fluktuasi harga ini di pengaruhi oleh berbagai faktor, seperti perubahan permintaan global, kebijakan perdagangan internasional, serta dinamika harga minyak mentah dunia yang sering menjadi referensi untuk harga CPO.
Bagi petani kecil, penurunan harga ini bisa mempersempit margin keuntungan mereka, terutama karena biaya operasional seperti pupuk dan perawatan tanaman tetap tinggi. Pemerintah Malaysia di harapkan dapat mengambil langkah-langkah untuk mengurangi dampak negatif, misalnya dengan memberikan subsidi atau insentif lain yang dapat membantu para petani menghadapi tantangan ini.
Langkah-langkah strategis seperti di versifikasi produk turunan sawit dan peningkatan efisiensi produksi juga diperlukan untuk menjaga daya saing industri kelapa sawit di tengah ketatnya persaingan pasar global.