JAKARTA, Mediaperkebunan.id – Di era digitalisasi dan mengikuti perkembangan yang ada, perkebunan era baru ini diarahkan sebagai Perkebunan Bioindustri. Perkebunan dikembangkan dengan teknologi modern yang dicirikan dengan penggunaan varietas unggul, efisien, efektif, integrative, zero waste, eco friendly, GAP, GHP, Kompetitif, Mekanisme, dan Pemanfaatan IoT (Internet of Things).
Direktur Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian (Kementan), Andi Nur Alam Syah menyebutkan, enam lima program utama dalam rangka mewujudkan Perkebunan Bioindustri. Pertama, Program Logistik Benih Perkebunan (BUN500) melalui penguatan nursery perbenihan mandiri.
Kedua, Program komoditas berbasis kawasan yaitu Kawasan Tanaman Tahunan dan Penyegar dan Kawasan Semusim dan Rempah. Ketiga, Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Pengendalian OPT. Keempat, Peningkatan Mutu dan Pengembangan Produk Perkebunan.
Kelima, Perkebunan Partisipatif (Pasti) yaitu Peningkatan Kapasitas Usaha Kelapa Genjah Pandan Wangi, Korporasi Kopi (JPLM), Pabrik Mini Minyak Goreng (PAMIGO), Pengembangan Stevia, dan Ekosistem Perkebunan (Eksis). Keenam, Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) yaitu kelapa sawit tumpang sari Tanaman Pangan (Kesatria).
“Untuk mencapai target dimaksud tentu tak bisa dilakukan sendiri, kita harus berkolaborasi dan bersinergi dengan berbagai upaya diantaranya dengan meningkatkan ekspor komoditas perkebunan 2023 seperti kopi, kakao, kelapa, karet, kayu manis, lada, dan pala. Melalui pengembangan kawasan dan upaya konkritnya secara lebih terukur,” papar Andi Nur di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Andi Nur berharap, dengan kolaborasi dan sinergi bersama diharapkan dapat semakin memperkuat dan memajukan kualitas mutu hasil tanaman semusim dan rempah beserta olahannya, yang bermutu baik dan berdaya saing, sehingga ekspor khususnya tanaman semusim dan rempah dapat terus melejit dipasar global. (*)