Jakarta, Media Perkebunan.id
Kementerian Pertanian siap memproduksi benih kakao 1 juta batang atau pohon tahun 2021. “Kita akan siapkan penanamannya di semua pulau, baik Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua untuk memenuhi kebutuhan industri. Semua kabupaten mau menanam kakao,” kata Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo.
Mentan siap memenuhi kebutuhan industri yang semakin meningkat. “Kita siapkan kelompok tani dan lahannya. Kalau Kemenperin siap bawa industri mana saja yang perlu biji, kita bawa semua kelompok tani untuk tandatangan MoU. Dalam 2,5 tahun hasilnya sudah kelihatan,” kata Syahrul lagi.
Salah satu kunci suksesnya kakao adalah bibit unggul yang tahan PBK dan hama lain. Kementan siap membangun sumber-sumber benih di lokasi yang kakaonya akan ditampung industri. “Petani keterampilannya masih kurang sehingga kena hama sedikit saja sudah kesulitan. Kita lakukan pendampingan pada petani,” kata Syahrul lagi.
Dalam kesempatan itu juga, Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan Indonesia saat ini merupakan pengolah biji kakao nomor 3 terbesar di dunia, berupa cocoa liquor, cake, butter, powder dengan 80% untuk ekspor. Ekspor tahun 2019 nilainya USD 1,1 miliar.
Indonesia secara tanah dan iklim sangat cocok untuk kakao tetapi sayang belum dimanfaatkan secara optimal. Produktivitasnya hanya 800 kg/ha. Produksi biji kakao semakin menurun sehingga saat ini menduduki posisi nomor 6 , turun dari sebelumnya pada nomor 3.
Sejak tahun 2018 industri kekurangan bahan baku sehingga harus mengimpor dari Pantai Gading, Ghana, Kamerun, Ekuador, Kolombia. Tahun 2019 industri mengolah biji dari petani 196.000 ton atau 46% sedang impor 234.000 ton atau 54%. Padahal industri hanya membutuhkan kakao impor 30% untuk blending saja.
“Industri pengolahan kakao nasional sedang tumbuh dan butuh biji kakao. Keunggulan bij kakao Indonesia adalah titik leleh tinggi dan kaya lemak. Perlu peningkatan kuantitas dan kualitas biji kakao. Kebutuhan akan semakin besar sehingga butuh dukungan semua pihak untuk meningkatkan produksi biji kakao,” katanya.
Secara terpisah, Dirjen Perkebunan Kasdi Subayono menyatakan kakao tetap menjadi perhatian Kementerian Pertanian melalui program gerakan peningkatan produksi, nilai tambah dan daya saing (Grasida). Logistik benih bermutu salah satu bagian penting dalam peningkatan produksi kakao.
Melalui program Grasida produksi kakao akan ditargetkan mencapai 970,83 ribu ton pada 2024 mendatang. Sedangkan pada 2019 produksi kakao sebesar 596,50 ribu ton. Kakao merupakan komoditas unggulan sehingga produksi dan daya saingnya harus terus ditingkatkan. Namun anggaran yang terbatas membuat Kementan melakukan terobosan dengan menggunakan program kredit usaha rakyat (KUR).