Bogor , Mediaperkebunan.id
Pada Rapat Kerja Nasional Pembangunan Perkebunan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, minta supaya setiap komoditas perkebunan ada hilirisasi. “Jangan bekerja seperti biasa-biasa saja. Sesuai arahan Wapres pada Rakornas Kementan, saya minta tahun ini hilirisasi komoditas minimal 15-20%. Hilirisasi meningkatkan pendapatan pelaku usaha sampai 22%,” katanya.
Mentan juga minta perkebunan berkontribusi pada pemenuhan pangan dengan penanaman jagung, kedelai dibawah tanaman perkebunan. Bila perkebunan bisa menambah 100.000 ha areal jagung maka dampak ekonominya sudah luar biasa.
Pada kesempatan itu, Syahrul Yasin Limpo juga mengapresiasi pencapaian Ditjen Perkebunan selama tahun 2022 yang berhasil menjadi penyumbang terbesar ekspor di sektor pertanian dengan kontribusi sebesar Rp520,76 triliun (94,66%). Hal ini menunjukkan bahwa peluang ekspor komoditi perkebunan sebagai salah satu sumber devisa negara masih terus meningkat. Adapun ekspor komoditas perkebunan yang melonjak pada tahun ini paling besar disumbang oleh komoditas kelapa sawit, karet, kakao, kelapa dan kopi.
“Saya apresiasi pencapaian subsektor perkebunan ini. Namun tetap harus antisipasi akan krisis pangan dunia. Kita terus perkuat pangan kita dengan penguatan stok, peningkatan kapasitas produksi dalam negeri, diversifikasi pangan misalnya dengan sagu, pemanfaatan lahan terlantar, hilirisasi, digitalisasi, dan modernisasi pertanian. Kita harus bangun terus pertanian Indonesia.”
Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian terus berupaya aktif untuk meningkatkan produktivitas komoditas perkebunan. Melalui inisiasi program Perkebunan Bioindustri, Dirjen Perkebunan Andi Nur Alam Syah bertekad terus memajukan subsektor perkebunan dengan menyusun langkah strategis dalam penyiapan logistik benih dalam pengembangan kawasan perkebunan nasional secara jangka panjang, serta untuk jangka pendek dilakukan pengembangan kawasan melalui intensifikasi.
“Dengan kegiatan utama kita (subsektor perkebunan), diharapkan kita mampu optimalisasi lahan perkebunan untuk memenuhi kebutuhan pangan, menjaga resiliensi perkebunan dan berkelanjutan.” jelas Andi Nur.
Beberapa kegiatan utama yang kini tengah digiatkan oleh Ditjen Perkebunan berupa penyediaan benih bekerjasama dengan penangkar, konsep pengembangan kelapa genjah 10.000 Ha, Sagu untuk Indonesia (Sagunesia), Peningkatan produksi tebu, Kemandirian dalam penyediaan minyak goreng melalui Pamigo berbasis korporasi perkebunan rakyat, Kelapa Sawit Tumpang Sari Tanaman Pangan (Kesatria), dan Program Elaborasi Rintisan Bisnis Perkebunan Indonesia (Perintis).
Dirjen Perkebunan juga menegaskan perlunya kolaborasi dan keterlibatan antar kementerian lembaga agar program kerja tersebut dapat dilaksanakan dengan maksimal.
Heru Tri Widarto , Sekretaris Ditjen Perkebunan menyatakan arah kebijakan dan strategi Ditjen Perkebunan adalah meningkatnya pemenuhan kebutuhan pangan, perlindungan tanaman perkebunan dari OPT/DPI secara optimal, peningkatan mutu, keamanan serta pengolahan dan pemasaran produk hasil perkebunan, efisiensi budidaya tanaman perkebunan dan penyediaan benih tanaman perkebunan berkualitas dan berkelanjutan.
“Arah kebijakan dan strategi Ditjenbun ini sejalan dengan program logistik benih dan pengembangan kawasan perkebunan dan pengembangan melalui intensifikasi. Melihat tren alokasi APBN yang cenderung berkurang setiap tahunnya, maka sesuai arahan Bapak Dirjen, reorientasi program dan kegiatan akan didorong dengan pembiayaan lainnya seperti KUR, CSR dan investasi.” ujar Heru.