Jakarta, Mediaperkebunan.id
Indonesia merupakan negara ke empat terbesar di dunia dengan penduduk 230 juta orang. Penduduk sebanyak itu memerlukan gula dan selama ini masih banyak dipenuhi dari impor. “Ini masalah yang sangat serius dan harus ditangani bersama. Lewat Nastional Sugar Summit kita konsoidasikan semua komponen untuk memenuhi kebutuhan dasar kita yaitu gula,” kata Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, pada National Sugar Summit 2021.
Cara pandangnya adalah hari ini harus lebih maju dari kemarin. Kalau kemarin banyak mengimpor gula maka hari ini impor itu harus berkurang sehingga tercapai kemandirian. “Jangan terlena dengan impor gula yang besar. Sekarang memang masih mudah mendapat gula impor tetapi kedepan dalam era ketidakpastian ini kita tidak tahu apakah masih seperti ini,” kata Mentan.
Menurut Syahrul ,Indonesia harus mandiri dalam memenuhi kebutuhan gula. Sekarang eranya distorsi dan disrupsi. Perubahan ikilm, pandemi covid dan lain-lain membuat dunia masuk dalam ketidakpastian. Harus ada tekad, semangat, kemauan dan inovasi maksimal dan dilakukan bersama-sama untuk mencapai kemandirian gula.
Dalam kesempatan itu Sekjen Kementerian Pertanian, Kasdi Subagyono menyatakan tahun 2021 produksi gula mencapai 2.350.834 ton. Produksi sebesar itu didapat dari luas lahan 447.398 ha dengan produksi tebu 32.340.604 ton (produktivitas 72,79 ton/ha), rendemen 7,27% produktivitas 5,25 ton gula/ha. Sedang kebutuhan konsumsi 2,8 juta ton (defisit 450.000 ton) ditambah kebutuhan industri 5,8 juta ton sehingga total defisit 3,45 juta ton.
Masih ada potensi lahan untuk perluasan tebu yaitu areal penggunaan lain berupa lahan kering atau konversi dari komoditi lain yang tidak produktif, diperlukan dukungan sumber air (embung,sumur dalam) dan infrastruktur (jalan, jembatan). Kasdi juga minta PTPN mengkaji kembali kebijakan mengkonversi karet, sawit menjadi tebu. Harus ada analisis yang mendalam sebab masih ada sumber lahan lain.
Ada lahan ek HGU yaitu lahan perkebunan yang menurut hasil penilaian terlantar sehingga dicabut izin usahanya. Lahan ini dapat dikonversi menjadi tebu dengan perubahan izin usaha dan memenuhi kesesuaian agroklimat. Harus berkoordinasi dengan bupat/gubernur dan pengajuan pemanfaatan kepada Kementerian ATR/BPN.
Berdasarakan identifikasi kesesuaian lahan untuk tebu ada lahan hutan produksi, Perum Perhutani dan Inhutani. Pengajuan pemanfaatan kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Juga ada lahan ulayat/lahan adat yang harus minta izin pemanfaatan pada pemangku adat dengan diketahui bupati/gubernur.
Program Kementan untuk swasembada gula konsumsi sampai 2023 adalah intensifikasi 200.000 ha dan ekstensifikasi 50.000 ha dengan target produksi 676.000 ton tahun 2023.
Dirjen Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan. Oke Nurwan menyatakan kebutuhan gula konsumsi tahun 2021 3.127.036 ton meningkat 12,1% dibanding tahun 2020 2.778.504 ton. Tiga wilayah dengan kebutuhan gula tertinggi adalah Jawa Barat 558.671 ton, Jawa Timur 470.619 ton dan Jawa Tengah 422.596 ton.
Untuk memenuhi kebutuhan gula konsumsi tahun 2021 pemerintah menugaskan 13 perusahaan swasta yang mendapat fasilitas Kemenperin impor raw sugar jadi GKP 680.000 ton dan 2 BUMN mengimpor GKP 150.000 ton.
“Sebenarnya dengan terbentuknya Badan Pangan kewenangan Kemendag dan Kementan sudah berpindah pada lembaga baru ini, kecuali izin impor. Tetapi karena badan ini belum operasional maka sementara kewenangan masih kita pegang,” katanya.