2018, 15 Mei
Share berita:

Bogor – Memang Indoneseia terbukti sebagai penghasil perkebunan dunia, tapi semua itu akan hilang jika tidak disukung dengan riset dan replanting.

Hal tersebut diungkapkan oleh Bayu Krisnamurthi, Ketua Umum Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi) dalam Forum Group Discusion (FGD) yang dilakukan oleh PT Riset Perkebunan Nusantara (RPN) di Bogor.

Lebih lanjut, Bayu mengingatkan janganlah bangga dengan pendapatan dari hasil perkebunan yang nilainya mencapai Rp 10–30 triliun. Sebab semua itu akan hilang atau diambil oleh orang lain jika hanya berdiam diri.

“Maka untuk menjaganya yaitu replanting dan riset yang semua itu paling kompeten adalah PT RPN. Artinya PT RPN seharusnya bertanggung jawab terhadap maju tidaknya perkebunan. Semua berharap atas hasil riset-riset yang dihasilkan PT RPN untuk bisa direalisasikan,” harap Bayu.

Artinya menurut Bayu, kompetisi dibidang riset harus ditingkatkan.Sebab perusahaan dan petani sangat menunggu-nunggu hasil riset agar perkebunan bisa berkompetisi. Atas dasar itulah maka seharusnya dana riset bisa 3 kali lipat dari yang sekarang.

“Ini penting, karena Negara lain pun juga terus menerus melakukan riset untuk memperkuat pertanian dinegaranya. Contoh yang paling nyata yaitu saat ini negara luar sedang melakukan riset agar produktivitas tanaman kedelai bisa melebihi produktivitas tanaman kelapa sawit,” risau Bayu.

Sehingga, Bayu mengakui, hanya dengan riset danreplanting maka posisi perkebunan bisa kuat termasuk kelapa sawit. YIN

Baca Juga:  Sinar Mas Remajakan Kebun Petani Swadaya Sumsel