Jakarta, mediaperkebunan.id – Serangan Ganoderma semakin menjadi ancaman nyata bagi perkebunan kelapa sawit, acara 2nd ISGANO 2025 ramai diminati petani. Penyakit ini tidak hanya mengurangi produktivitas, tetapi juga bisa menyebabkan kematian pohon secara massal.
Bagi petani swadaya, ancaman ini lebih dari sekadar tantangan, melainkan ancaman keberlangsungan hidup mereka.
Menyadari betapa seriusnya dampak Ganoderma, Alfath Haryono, petani sawit asal Jambi yang juga Ketua Gerakan Petani Sadar Ganoderma, bersama beberapa petani lainnya, bertekad untuk hadir di International Symposium Ganoderma 2025 (2nd ISGANO) di Bandung, 5-7 Februari 2025 mendatang. Mereka ingin mendapatkan informasi terbaru mengenai teknologi dan strategi terbaik dalam mengatasi penyakit ini.
“Saya sebagai petani swadaya akan hadir ke 2nd ISGANO 2025 dan ini bukan sekadar ikut acara, tapi benar-benar mencari solusi. Kami petani sawit swadaya dari Jambi ingin mengetahui adakah teknologi terbaru yang bisa lebih efektif dalam mengendalikan Ganoderma?
Selama ini, kita hanya melakukan penanggulangan sementara, padahal biayanya mahal dan tetap tidak bisa sepenuhnya menghilangkan Ganoderma,” ujar Alfath.
Sebagai petani swadaya, Alfath dan rekan-rekannya tidak memiliki akses luas terhadap penelitian terbaru dan teknologi canggih seperti yang dimiliki oleh perusahaan besar. Oleh karena itu, mereka melihat 2nd ISGANO 2025 sebagai kesempatan emas untuk memahami lebih dalam bagaimana cara terbaik dalam mengatasi Ganoderma.
Namun, keinginan untuk hadir di 2nd ISGANO 2025 bukan tanpa hambatan. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh petani swadaya adalah masalah biaya. Meskipun demikian, keterbatasan ini tidak menyurutkan semangat mereka untuk tetap hadir. Para petani sawit swadaya ini mengaku berjuang keras agar bisa ikut serta dalam simposium ini.
“Kami ini berjuang sendiri untuk mendapatkan ilmu, karena kami sadar betapa pentingnya pengetahuan tentang Ganoderma. Kalau kami tidak belajar dari sekarang, nanti kebun-kebun kami bisa habis,” katanya.
ISGANO 2025: Langkah Besar untuk Masa Depan Sawit SwadayaSelain mencari informasi mengenai teknologi terbaru, para petani sawit ini juga fokus pada pencegahan dan solusi jangka panjang, mereka ingin memahami lebih jauh bagaimana strategi pencegahan yang lebih efektif.
“Kalau tanaman sudah terjangkit, kita hanya bisa memperpanjang usianya agar tidak menyebar ke tanaman lain. Kita lakukan isolasi, treatment dengan Trichoderma, dan cara lainnya. Tapi kita ingin tahu apakah ada metode baru yang bisa lebih ampuh,” tutur Alfath.
Ia juga menyoroti pentingnya perubahan pola pikir petani sawit swadaya dalam menghadapi Ganoderma.“Saya terakhir melihat kondisi perkebunan sawit di Musi Rawas dalam satu hektare, lebih dari lima batang sawit tumbang. Itu luar biasa parah! Bahkan di Jambi Barat, beberapa petani bahkan melaporkan bahwa sawit mereka yang baru berusia empat tahun sudah terkena Ganoderma. Ini karena mereka tidak sadar pentingnya pencegahan sejak dini. Setelah kena, baru sibuk mencari solusi,” pungkasnya.
Keputusan Alfath dan petani swadaya lainnya untuk hadir di 2nd ISGANO 2025 bukan sekadar perjalanan biasa. Ini adalah langkah besar dalam memperjuangkan masa depan sawit rakyat di tengah ancaman Ganoderma.
Dengan tekad yang kuat dan semangat untuk belajar, kehadiran petani swadaya di 2nd ISGANO 2025 bukan hanya sebagai peserta, tetapi sebagai pencari solusi nyata untuk keberlanjutan perkebunan sawit mereka.