Jakarta, mediaperkebunan.id – Dalam upaya meningkatkan produktivitas perkebunan rakyat dan kesejahteraan pekebun maka peningkatan ketersediaan benih unggul adalah hal yang mendesak dilakukan. Salah satu upaya mewujudkan hal tersebut adalah melalui pembangunan kebun sumber benih.
I Made Urip, Anggota Komisi IV DPR RI, yang menangani bidang pertanian, menyoroti kinerja pemerintah terkait pembangunan kebun sumber benih yang memnurutnya belum memuaskan. Pasalnya, hingga saat ini Indonesia belum memiliki kebun induk cengkeh, pala bahkan kelapa walaupun program pembangunan kebun sumber benih dari dana APBN gencar dilakukan sejak 10 tahun terakhir.
“Tentu hal yang sangat memprihatikan jika hingga saat ini sejumlah komoditas perkebunan andalan Indonesia masih mengandalkan benih unggul lokal dari blok penghasil tinggi yang notabene adalah kebun produksi milik masyarakat. Apalagi kabarnya banyak kebun-kebun sumber benih yang dibangun tidak sampai ditetapkan oleh Menteri Pertanian,” jelas Made.
Menurut Made, rendahnya keberhasilan pembanguan kebun benih tidak lepas dari kurang tepatnya pelaksanaan program tersebut. Selama ini pengelolaan pembangunan kebun sumber benih diserahkan kepada petani yang tidak memiliki pengetahuan dalam bisnis perbenihan atau kepada lembaga pemerintah yang juga kurang memahami pentingnya kebun sumber benih sebagai aset ekonomi.
“Sebaiknya pengelolaan kebun sumber benih ini diserahkan kepada penangkar benih dengan status UMKM agar berkelanjutan hingga ditetapkan sebagai sumber benih. Pelaku usaha tersebut mengetahui tentang bagaimana memasarkan benih. Pemahaman penangkar tentang manfaat sumber benih akan akan membuat pelaku usaha tersebut siap dan sanggup membiayai pemeliharaan lanjutan sekiranya pemerintah tidak bisa anggaran. Semantara yang terjadi saat ini, dalih tidak teralokasinya biaya perawatan menjadi alasan mengapa banyak pembangunan kebun sumber gagal ditetapkan”, jelas Made.
Menurut Sekretaris Dewan Pembina Masyarakat Perbenihan dan Perbibitan Indonesia (MPPI) Hindarwati, keberadaan sumber benih sangat memberikan dampak terhadap ekonomi daerah. Ia mencontohkan bagaimana kebun induk kakao 2 ha dapat menciptakan lapangan pekerjaan di pedesaan dan mampu menciptakan transaksi hingga Rp. 2 Milyar. Sekiranya daerah menyadari arti penting sumber benih maka dipastikan kebun sumber benih akan terbangun dengan baik hingga ditetapkan sebagai sumber benih oleh Menteri Pertanian, dan tidak seperti saat ini.