Tambun, mediaperkebunan.id – Di tengah persaingan global, mekanisasi menjadi satu-satunya solusi untuk menjaga daya saing industri kelapa sawit Indonesia. Banyak pihak menyuarakan pentingnya transisi dari metode manual menuju era mekanisasi, sebuah perubahan yang tak terhindarkan demi peningkatan efisiensi dan kesejahteraan pekerja.
Sistem perkebunan kelapa sawit di Indonesia masih di dominasi oleh penggunaan tenaga manusia seperti menebas gulma, menyemprot, pemupukan, pemanenan, pengangkut TBS, memetik brondolan. Dengan semakin besarnya tuntutan, metode konvensional ini tidak lagi memadai untuk memenuhi kebutuhan produksi yang terus meningkat.
Demikian di sampaikan oleh Ir. Irwandi, selaku Direktur PT. TASS Engineering, beliau menegaskan bahwa mekanisasi perkebunan kelapa sawit adalah sebuah kewajiban yang harus segera diwujudkan. Irwandi juga menekankan pentingnya implementasi mekanisasi untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi ketergantungan pada tenaga manusia secara berlebihan, yang saat ini dianggap tidak memadai.
“Saat ini, sistem di perkebunan kelapa sawit belum optimal. Banyak tenaga kerja yang masih harus bekerja secara manual, padahal teknologi untuk mekanisasi sudah tersedia,” ungkap Irwandi. “Indonesia, sebagai negara penghasil minyak sawit terbesar, tidak bisa terus bergantung pada cara-cara lama atau tradisional,” lanjutnya.

Selain itu, faktor sumber daya manusia juga menjadi pendorong utama mekanisasi di sektor ini. Irwandi menjelaskan bahwa generasi muda, khususnya Gen-Z, semakin kurang tertarik pada pekerjaan manual di perkebunan. “Jadi memang itu sudah tidak bisa dielakkan lagi, bahwa tenaga manusia memang sudah susah, tenaga memang ada tetapi sudah tidak mau lagi karena anak-anak muda jaman sekarang atau istilah disebut Gen-Z maunya itu megang HP aja atau yang praktis aja,” tambahnya.
Irwandi juga berbagi pengalaman pribadi bahwa pekerja muda yang bekerja di perkebunan sering kali merasa tidak betah jika tidak ada fasilitas modern seperti sinyal telepon. “Contohnya seperti seminggu tanpa sinyal HP sudah minta keluar, katanya udah gak sanggup jadi mau keluar saja,” ujar Irwandi.
Beliau juga menekankan bahwa mekanisasi perkebunan kelapa sawit tidak hanya membantu menekan biaya, tetapi juga meningkatkan produktivitas. “Fokusnya adalah dari owner kebun kelapa sawit itu semacam cost reduction ya, jadi atau penurunan biaya tapi produksinya naik,” ujarnya.
Mekanisasi sudah menjadi suatu keharusan, terutama di Indonesia yang memiliki lahan sawit terluas, tetapi masih menggunakan sistem manual. “Mekanisasi sudah menjadi suatu keharusan ya, kita Indonesia itu mempunyai luas sawit yang terbesar pak, namun sistemnya semua masih manual. Jadi dalam hal panen juga sudah susah,” jelasnya lebih lanjut.

Irwandi juga menggambarkan betapa pentingnya penggunaan alat-alat modern, seperti traktor, sistem angkut otomatis, dan alat pengangkut buah dari kebun ke pabrik. “Dari hulunya lalu ke kebun itu mereka memakai apa, sasaran per bloknya berapa, sampai mencapai target per harinya. Lalu kemudian bagaimana evakuasi buah itu sendiri dari kebun sampai ke pabrik dan itu kita punya semua alatnya,” katanya.
“Mekanisasi adalah solusi untuk menghadapi tantangan SDM dan efisiensi di perkebunan sawit. Kita harus meninggalkan era kolonialisme dan memanfaatkan teknologi canggih seperti remote control, bukan lagi tongkat dan tangan,” tutup Irwandi, menekankan bahwa generasi mendatang tidak bisa lagi menggunakan cara-cara tradisional untuk mencapai hasil yang optimal di industri ini.